Selain Singapura, Negara-negara Ini Siap Hidup ‘Bertetangga’ dengan COVID-19
Mulai April 2021, pemerintah Selandia Baru sudah tidak mewajibkan penggunaan masker dan kembali membuka sekolah, memberikan izin penyelenggaraan pertandingan, hingga konser musik.
JERNIH—Tidak hanya Singapura, yang beberapa waktu lalu mengumumkan kesiapan untuk hidup berdampingan dengan Covid. Beberapa negara berikut mempertimbangkan kemungkinan normal baru demi bisa hidup berdampingan dengan COVID-19, dan menjadikan COVID-19 seperti halnya virus flu biasa.
Inggris
Pemerintah Inggris belum membuat keputusan akhir apakah akan puluhan juta warganya akan mendapatkan perlindungan baru atau tidak. Namun, Inggris hanya menekankan pentingnya memastikan warga mendapat vaksin virus corona sampai musim dingin mendatang dan bersama-sama melawan varian baru COVID-19.
“Kita harus belajar untuk hidup bersama virus ini. Program pertama imunisasi massal vaksin virus corona adalah untuk memulihkan kebebasan di negeri ini dan program kedua imunisasi massal COVID-19 adalah untuk melindungi kebebasan ini,” kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, Rabu (30/6) lalu.
Sementara itu, Wakil Kepala bidang medis Inggris, Jonathan Van-Tam menerangkan, untuk kembali ke kehidupan normal sekarang sangat tergantung pada skema vaksin virus corona.
Australia
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengaku telah membuat rencana untuk menyetop pembatasan aktivitas warga. Dalam rapat kabinet Jumat, 2 Juli 2021 kemarin, disepakati sebuah rencana yang akan membuka lalu-lintas perjalanan internasional, mengundang masuk turis ke Australia, lalu mencabut semua larangan di masa lalu.
Morrison mengatakan, pihaknya ingin membawa Australia ke tahap di mana COVID-19 diperlakukan seperti flu pada umumnya. “Namun untuk sampai ke tahap itu, bukan berarti kita dikalahkan (oleh virus corona),” kata Morrison.
Singapura
Delapan belas bulan sejak pandemi dimulai, Singapura seperti halnya negara-negara lain di dunia mulai kelelahan serta bertanya-tanya kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir. Kabar buruknya, virus COVID-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya, sangatlah mungkin untuk hidup normal dengan virus corona baru di tengah-tengah populasi. Artinya, Covid-19 kemungkinan besar harus ditekan agar menjadi endemik.
Artinya, virus corona akan terus bermutasi, dan dengan demikian dapat bertahan di tengah komunitas, seperti pada kasus penyakit endemik influenza. Setiap tahun, banyak orang terkena flu dan ebagian besar sembuh tanpa perlu dirawat di rumah sakit, dengan hanya sedikit penanganan medis atau tanpa pengobatan sama sekali. Namun, sebagian kecil terutama orang lanjut usia dan penderita penyakit penyerta bisa sakit parah, beberapa meninggal.
Sebagai ketua bersama gugus tugas multi-kementerian penanganan pandemi COVID-19 di pemerintah Singapura, Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung menyusun sejumlah peta jalan dalam kolom opini bersama di The Straits Times.
Normal baru mungkin terwujud ketika orang yang terinfeksi COVID-19 dapat memulihkan diri di rumah karena sudah divaksinasi sehingga gejalanya sebagian besar ringan. Dengan semakin sedikit yang terinfeksi karena banyak yang sudah divaksinasi, risiko penularan pun rendah. Singapura diharapkan tidak akan terlalu khawatir tentang sistem perawatan kesehatan yang kewalahan.
Selandia Baru
Selandia Baru terkenal sebagai negara yang berhasil mengatasi pandemi COVID-19 dengan sangat cepat dan baik. Setelah diketahui terdapat sekitar 2.600 kasus COVID-19 dengan jumlah kematian mencapai 26 orang, pemerintah Selandia Baru langsung memberlakukan lockdown dan melarang warganya bepergian.
Tak heran jika mulai April 2021, pemerintah Selandia Baru sudah tidak mewajibkan penggunaan masker dan kembali membuka sekolah, memberikan izin penyelenggaraan pertandingan, hingga konser musik.
Channel News Asia, Minggu (7/3) lalu, mempublikasikan rekaman di media televisi lokal TVNZ, menunjukkan warga yang tampak mengantre di kedai kopi pada Minggu pagi dengan banyak yang mengatakan, mereka merasa lega dengan dilonggarkannya kembali pembatasan.
Namun, kota berpenduduk hampir 2 juta jiwa itu akan terus membatasi pertemuan umum dan memberlakukan aturan wajib masker di transportasi umum. [ ]