Crispy

Singapura Gunakan Kortikosteroid dan Terapi Antibodi untuk Pasien Covid-19

Ada pengurangan risiko relatif kematian secara keseluruhan sekitar 11 persen, pada 28 hari setelah pasien tertular Covid-19.

JERNIH – Kortikosteroid seperti deksametason menjadi andalan untuk pengobatan Covid-19 parah di Singapura. Sementara terapi antibodi juga akan segera digunakan untuk merawat pasien dengan gejala ringan hingga sedang.

Dr Shawn Vasoo, Direktur Klinis di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID), kepada CNA, bahwa steroid memberikan efek anti-inflamasi. Peradangan selama ini menjadi “pendorong utama penyakit” dalam kasus-kasus COVID-19 yang parah. Kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengobati berbagai reaksi alergi, seperti rheumatoid arthritis atau asma.

Sebuah uji coba menemukan tingkat kematian “jauh lebih rendah” pada pasien Covid-19 dengan deksametason jika mereka menerima oksigen atau ventilator. Ada pengurangan risiko relatif kematian secara keseluruhan sekitar 11 persen, pada 28 hari setelah pasien tertular Covid-19. Demikian kata Dr Vasoo, Rabu (6/10/2021).

Hingga Selasa siang, 1.512 kasus COVID-19 di Singapura dirawat di rumah sakit, dengan 247 kasus membutuhkan suplementasi oksigen. Ada 34 kasus COVID-19 di unit perawatan intensif.

Terapi Antibodi Baru

Dua terapi antibodi baru-baru ini diberikan otorisasi sementara di bawah Rute Akses Khusus Pandemi oleh Otoritas Ilmu Kesehatan (HSA) untuk merawat mereka yang menderita Covid-19 ringan hingga sedang.

“Salah satu antibodi yang mulai kami gunakan adalah obat yang disebut sotrovimab, dan casirivimab-imdevimab adalah salah satu yang akan segera digunakan secara klinis di Singapura,” kata Dr Vasoo. Casirivimab-imdevimab, yang dibuat oleh Roche-Regeneron, diberi otorisasi sementara pada 21 September.

“Ini akan memungkinkan spesialis penyakit menular untuk menggunakan terapi kombinasi antibodi monoklonal untuk pengobatan pasien Covid-19. Terutama yang berusia 18 tahun ke atas, yang tidak memerlukan suplementasi oksigen dan berisiko berkembang menjadi Covid-19 parah,” kata HSA.

HSA mengatakan data klinis dari studi Fase 3 menunjukkan bahwa casirivimab-imdevimab menunjukkan pengurangan 70 persen dalam “risiko relatif untuk berkembang menjadi memerlukan perawatan akut di rumah sakit atau kematian karena Covid-19”.

Sotrovimab mendapat otorisasi sementara pada 30 Juni. HSA mengatakan uji klinis menunjukkan terjadi pengurangan 79% risiko relatif perkembangan hingga memerlukan perawatan akut atau kematian akibat Covid-19. Tahun lalu, obat antivirus remdesivir – yang semula untuk Ebola – secara kondisional disetujui untuk merawat pasien Covid-19 di Singapura.

Dr Vasoo mengatakan pasien berisiko tinggi, misalnya penderita pneumonia atau berisiko berkembang menjadi pneumonia dan penyakit parah, dapat menerima remdesivir. “Untuk pasien dengan Covid-19 yang parah (yaitu yang membutuhkan dukungan oksigen), remdesivir masih dapat peertimbangan. Retapi sebagai antivirus, kegunaannya lebih besar pada awal perjalanan penyakit,” kata direktur klinis.

Obat HIV lopinavir dan ritonavir – di antara obat pertama untuk mengobati pasien Covid-19 di Singapura – tidak diberikan NCID. Hal ini karena “mereka belum menunjukkan kemanjuran dalam uji coba terkontrol secara acak hingga saat ini”, kata Dr Vasoo.

“Uji coba definitif utama yang telah menginformasikan praktik telah selesai. Tidak mungkin ada uji coba terobosan baru yang lebih lanjut,” tambahnya. [*]

Back to top button