Jenderal Thompson: AS Tertinggal dalam Pengembangan Rudal Hipersonik
- Penyebab kegagalan adalah birokrasi dan kekhawatiran terhadap anggran.
- AS harus mengejar ketertinggalan dengan cepat, dan menghadapi berbagai risiko.
JERNIH — Jenderal David Thompson, wakil kepala operasi ruang angkasa AS, mengatakan Paman Sam tertinggal di belaknag Cina dan Rusia dalam pengembangan senjata hipersonik.
“Kami harus mengejar ketertinggalan ini dengan sangat cepat,” kata Jenderal David Thompson seperti dikutip Russia Today.
Menurut Jenderal Thompson, birokrasi dan kekhawatiran atas pengeluaran adalah dua dari sekian banyak alasan mengapa AS tertinggal di belakang Cina dan Rusia.
Washington, kata Jenderal Thompson, perlu berada pada posisi siap menerima risiko kegagalan untuk mempercepat proses mengejar ketinggalan.
Rudal hipersonik adalah teknologi senjata paling mutakhir karena hampir tidak mungkin dilacak dan dicegat di udara. Rudal meluncur lima kali kecepatan suara dan mampu mengubah arah penerbangan.
Angkatan Darat (AD) AS berencana menguji rudal hipersonik jarak jauh pada akhir tahun fiskal 2023. Angkatan Laut AS berecnana membangun rudal yang dapat diluncurkan dari kapal tahun 2025.
Angkatan Udara (AU) AS diharapkan memiliki rudal hipersonik yang diluncurkan dari udara tahun depan. Sebelumnya AL AS menunda uji tembak rudal hipersonik berbasis kapal selam dari 2025 ke 2028.
Rusia baru saja menguji rudal hipersonik Zirkon. Financial Times melaporkan Cina telah menguji rudal hipersoni berkemampuan nuklir, Agustus lalu.
“Jika keduanya melanjutkan langkah pengembangan, keduanya bisa melampaui AS dalam beberapa generasi ke depan,” kata Jenderal Thompson.