Crispy

Apakah Gulungan Laut Mati Terbaru Hanyalah Permulaan?

Sekitar 600 gua di Gurun Yudea telah disurvei dan ratusan masih menunggu. Dari semua itu baru 12 gua yang telah digali

JERNIH–Ratusan gua di Gurun Yudea masih tersisa untuk dijelajahi, menawarkan kemungkinan konkret bahwa teks-teks alkitabiah baru akan muncul. Demikia dikatakan peneliti Israel Antiquity Authorities (IAA), sehari setelah penemuan tersebut pertama kali dalam lebih dari 60 tahun.

“Operasi penyelamatan terus berlanjut,” kata Dr. Eitan Klein, wakil direktur Unit Pencegahan Penjarahan Barang Purbakala di IAA. “Sejauh ini kami telah mencakup sekitar 60 persen atau 70 persen dari wilayah terkait, yang artinya masih ada sekitar 40 km gurun tersisa. Saya yakin masih ada pekerjaan untuk dua atau tiga tahun lagi.”

IAA bekerja sama dengan Departemen Arkeologi Administrasi Sipil, melakukan berbagai penelitian yang yang diluncurkan pada 2017 lalu dengan bantuan  drone dan peralatan pendakian gunung untuk mencapai cekungan terpencil dan tidak dapat diakses. “Sekitar 600 gua telah disurvei dan ratusan lainnya masih menunggu,” kata Klein.

Ditanya apakah dia yakin akan lebih banyak gulungan yang akan ditemukan, dia berkata bahwa dia benar-benar berharap demikian. “Tidak ada yang tahu, tapi saya harap begitu, semoga kita beruntung,” ujarnya.

Klein menjelaskan bahwa beberapa gua jelas memiliki potensi lebih dari yang lain, tergantung dari ukuran dan kondisinya. “Terkadang kami menemukan artefak kuno di lantai, terkadang kami hanya merasakannya,”ujar ilmuwan tersebut.

Dari semua gua yang disurvei, para arkeolog telah menggali sekitar 12 gua sejauh ini, dan Klein percaya bahwa mungkin 15-20 gua lain yang menjanjikan akan digali di masa depan.

Salah satu alasan di balik inisiatif ini adalah melindungi barang antik dari para penjarah. Para arkeolog sudah sering menemukan jejak mereka, termasuk lubang yang mereka gali, serta sisa-sisa sampah dan makanan.

“Saya menjadi arkeolog karena profesi ini menghubungkan saya dengan negara dan bangsa saya,” kata Klein. “Memasuki gua untuk menemukan potongan-potongan gulungan alkitab–untuk berpikir bahwa 2.000 tahun yang lalu orang Yahudi lain membawanya ke sana, sangat menyentuh saya.”

Selasa lalu menandai hari penting bagi arkeologi di Israel dan dunia, ketika para peneliti mempresentasikan kepada publik hasil pertama dari operasi penyelamatan untuk mensurvei gua-gua Gurun Yudea di mana Gulungan Laut Mati yang terkenal ditemukan, sebagian besar pada tahun 1940-an dan 1950-an.

Wartawan dari berbagai media massa internasional berhenti meliput penyebaran pandemi dan kampanye pemilu Israel untuk berkumpul di laboratorium IAA di Yerusalem. Di sana mereka dapat mengagumi artefak yang berusia 10.000 tahun, termasuk keranjang yang diawetkan dengan sempurna, benda-benda harian dari zaman Romawi, dan koin yang memberi kesaksian tentang terakhir kali orang-orang Yahudi menjalankan kedaulatan di negeri itu sebelum berdirinya negara Israel. Ada pula potongan-potongan baru manuskrip yang membawa teks dari kitab-kitab Zakharia dan Nahum dalam alkitab, yang mungkin menjadi bagian terpenting dari semua benda yang ditemukan.

Penemuan baru-baru ini juga membawa kegembiraan ke Unit Gulungan Laut Mati IAA, di mana para peneliti juga ingin melihat apakah artefak baru muncul kembali.

“Akan sangat bagus untuk mendapatkan beberapa keping teka-teki lagi,” kata Dr. Oren Ableman. “Itu jelas merupakan impian terbesar para sarjana di bidang saya.”

Menurut Ableman, kemungkinan menemukan fragmen baru di dalam gua tidaklah tinggi, tetapi tetap menjanjikan. Dia menambahkan bahwa konservator sekarang tahu bagaimana menangani gulungan lebih baik daripada di masa lalu, dan bagaimana menyimpannya untuk anak cucu.

Pada saat yang sama, materi baru mungkin muncul bukan dari gurun sama sekali, melainkan dari kemajuan teknologi yang telah memungkinkan para sarjana untuk mengidentifikasi dan menguraikan teks-teks pada perkamen yang sangat rusak, yang sebelumnya dianggap tidak dapat diperbaiki.

“Ini merupakan revolusi yang cukup besar di lapangan,”kata Ableman. “Dulu, foto-foto yang dimiliki para ilmuwan tidak selalu bagus, dan ada banyak bagian yang sulit membaca teksnya. Dan tiba-tiba, berkat pencitraan multispektral, teks ini menjadi mungkin [untuk dibaca] dalam beberapa kasus, bahkan teks yang sebelumnya dianggap tidak dapat diambil kembali.” [The Jerusalem Post]

Back to top button