BPIP Klaim Dorong Moderasi Beragama untuk Tangkal Isu SARA
“Moderasi adalah kunci dari suatu sikap politik, untuk saling rukun dan bisa menerima keberagaman satu sama lain”
JAKARTA – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengklaim tengah menyebarkan semangat anti SARA dan anti kekerasan melalui konten-konten perdamaian. Sehingga terus mendorong agar moderasi beragama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan nilai-nilai Pancasila.
”Jadi semakin beriman seseorang, semakin ber-Pancasila dia. Karena moderasi adalah kunci dari suatu sikap politik, untuk saling rukun dan bisa menerima keberagaman satu sama lain,” ujar Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, di Jakarta, Rabu (3/2/2021).
Romo Benny berharap, pihak-pihak terkait mau bergotong royong melawan paham seperti intoleransi dan radikalisme dengan moderasi beragama. Karena itu, pihaknya hingga kini terus mengadakan pelatihan kepada masyarakat, kemudian juga mengarusutamakan Pancasila.
”Kami bekerjasama dengan instansi-instansi terkait, agar Pancasila bisa menjadi cara untuk bertindak, berpikir, dan berelasi masyarakat Indonesia. Maka BPIP pun mendorong pendidikan moral Pancasila itu untuk diajarkan kembali dengan melakukan revisi UU Sisdiknas,” kata dia.
Lewat penanaman nilai cinta tanah air seperti upacara bendera yang diadakan setiap hari senin, para siswa diharapkan akan memiliki inklusitas, berkebudayaan Indonesia dan mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Sehingga keragaman dan kemajemukan harus diajarkan dari pendidikan tingkat PAUD hingga perguruan tinggi.
“Nantinya setiap kali kita bicara, beropini di ruang publik atau medsos, tidak ada lagi menyingung SARA ataupun dengan menggunakan ujaran hewan-hewan ini dan itu,” kata dia.
Menurut dia, sudah saatnya Negara menerapkan pendidikan yang mengajarkan cinta kepada Tanah Air dan Bangsa, sesuai yang diamanatkan Para Pendiri Bangsa, termasuk Ki Hajar Dewantara selaku Bapak Pendidikan Bangsa Indonesia.
“Penguasaan informasi itu penting, seperti kata Fransisco Bacon, siapa menguasai informasi dia akan menguasai dunia. Akan tetapi penguasaan terhadap informasi dan teknik informasi harus dimanfaatkan dengan sangat baik dan diarahkan untuk pembangunan nasional, pembangunan bangsa dan negara, bukan malah dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak produkti dan singung menyingung SARA,” ujar dia. [Fan]