Crispy

Bulan Ramadhan Sejatinya Meningkatkan Kualitas Diri

JERNIH – Momentum bulan Ramadhan sejatinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga Ramadhan tidak semata-mata hanya menahan lapar dan dahaga semata.

Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Hubungan Internasional, Oke Setiadi Affendi, di Jakarta, Jumat (8/4).

Kualitas diri yang dimaksudkan adalah kualitas fisik, kecerdasan, dan mentalitas seseorang, sebagai umat yang beriman.

Ia menjelaskan, kualitas fisik yakni melatih diri menghindari makanan yang tidak bermanfaat dan yang berbahaya buat tubuh.

Sementara melatih kualitas kecerdasan ialah dalam bulan Ramadhan, umat senantiasa dilatih memilih hal baik dan meninggalkan keburukan.

“Umat menjadi cerdas yang diharapkan mampu menjadi part of solution untuk umat, bangsa, dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” katanya.

Baca Juga: Berpuasa Bersama KH Jalaluddin Rakhmat [5]: Bulan Rekonsiliasi

Kemudian, memperbaiki mentalitas dari yang sebelumnya cepat marah, mengeluarkan narasi yang tidak baik, atau mengeluarkan narasi yang suka menyakiti orang lain tentunya agar bisa pelan-pelan dikurangi bahkan dihilangkan dengan momentum bulan Ramadhan.

Dengan berpuasa, dirinya meyakini bahwa umat dapat senantiasa memerdekakan diri nafsu, egoisme, fanatisme, dan adu domba yang dapat menimbulkan perpecahan.

“Dengan puasa, mengurangi hal-hal yang sebelumnya boleh buat kita, ternyata membuat kita lebih mudah memerdekakan diri dari egoisme dan kita lebih mudah Allah menyatukan hati kita,” katanya.

Ia menambahkan, hendaknya bulan suci Ramadhan tidak hanya menjadi sukacita bagi umat muslim, namun bagi seluruh umat. Karenanya berharap, muslimin dan muslimat dapat menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dengan umat lain.

“Tiap detik yang kita lalui di bulan Ramadhan ini penuh dengan rahmat. Sehingga harusnya ini pun dirasakan bukan hanya oleh kaum muslimin, tapi oleh semua,” ujar dia.

“Jadi, jangan sampai kemudian menganggu umat yang lain, dan harus dikomunikasikan dengan cara sebaik-baiknya,” lanjut dia.

Bukan tanpa dasar, menurut Oke, dewasa ini hubungan antar umat, kurang terjalin komunikasi. Karenanya, harus ada keterbukaan antar umat untuk menyampaikan aspirasi dan opininya serta saling menjalin silaturahmi, sehingga akan muncul rasa saling menghormati antar umat dan persatuan akan terjaga.

“Jadi yang saya lihat selama ini kaum muslimin ini yang kurang komunikasi. Sehingga perlu dibuka komunikasi yang seluas-luasnya. Saya melihat komunikasi adalah kuncinya. Bukan malah semaunya sendiri. Itu dzolim namanya,” kata dia.

Disamping itu, peran pemerintah dan tokoh agama maupun tokoh masyarakat membuat umat memahami bahwasannya Ramadhan mempunyai makna memerdekakan dan mempersatukan.

“Tokoh keumatan, harus bisa mempersiapkan umat untuk menghadapi Ramadhan dengan kondisi sebaik dan seberkualitas mungkin, tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga bulain lainnya,” katanya.

“Sekarang masyarakat juga ikut menata dirinya bersama pemerintah. Jadi harus bergandengan tangan antara pemerintah, tokoh keumatan dan juga masyarakat. Kalau caranya seperti itu kerukunan dan persatuan itu bisa tercipta di negeri ini,” tambahnya.

Back to top button