Cina Dua Kali Uji Rudal Hipersonik, AS Gemeteran
- Bukan sekali, tapi dua kali Cina uji coba rudal hipersonik.
- Rudal melesat lima kali kecepatan suara dan dan terdeteksi radar.
JERNIH — Bukan sekali, tapi dua kali Cina menguji rudal hipersonik antara Juli dan Agustus, dan AS melongo.
Financial Times melaporkan Cina kali pertama meluncurkan roket yang menggunakan sistem fractional orbital bombardment untuk mendorong kendaraan luncur hipersonik berkemampuan nuklir pada 27 Juli.
Mengutip empat orang yang akrab dengan intelejen AS, koran berbasis di Inggris itu memberitakan dua pekan kemudian — tepatnya pada 13 Agustus 2021 — Cina kali kedua menguji rudal hipersonik.
Semula, Financial Times memberitakan Cina menguji rudal hipersonik pada Agustus 2021, bukan akhir Juli. Laporan terbaru mengatakan dua uji coba itu mengejutkan militer dan pejabat intelejen AS.
Ilmuwan AS, menurut laporan itu, berusaha memhamai kemampuan senjata hipersonik, yang saat ini tidak dimiliki AS.
Kementerian Luar Negeri Cina membantah telah menguji coba rudal hipersonik, dan mengatakan pihaknya meluncurkan pesawat luar angkasa pada 16 Juli.
“Ini adalah tes rutin kendaraan luar angkasa untuk verifikasi teknologi penggunaan kembali,” kata juru bicara Kemlu Cina Zhao Lijian, kepada CTGN, Senin lalu.
“Tes itu penting untuk mengurangi biaya penggunaan pesawat ruang angkasa, dan menyediakan cara nyaman dan murah untuk penggunaan ruang angkasa tujuan damai,” lata Lijian.
AS Prihatin
Dalam pernyataan awal pekan ini, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pemerintah Joe Biden sangat priatin dengan perkembangan terbaru kemampuan senjata nuklir Cina, dan sistem pengiriman barunya.
Menjawab pertanyaan wartawan yang bepergian dengannya, Rabu lalu, apakah khawatir dengan rudal hipersonik Cina, Joe Biden mengatakan; ‘Ya’.
Menurut perkiraan dan analisis, rudal hipersonik bergerak di atmosfer bagian atas dengan kecepatan 6.200 kilometerper jam — lima kali kecepatan suara — dan mampu menghindari radar paling canggih sekali pun.
Senator AS Angus King menggambarkan senjata itu sebagai pengubah permainan strategis dengan potensi berbahaya, dan secara fundamental merusak stabilitas strategis.
“Implikasi senjata yang dikembangkan Cina dan Rusia adalah bencana besar,” kata Angus King.
AS juga mengembangkan senjata hipersonik sendiri. Kontraktor Lockeed Martin dan Raytheon Technologies terlibat dalam persaingan ini.
Jeffrey Lews, ahli non-proliferasi di Institut Studi Internasional Middlebury, mengatakan uji rudal hipersonik Cina adalah berita tak disukai.
“Namun, teknologi itu bukan sesuatu yang baru. Uni Soviet menerapkan sistem yang sama selama Perang Dingin,” katanya.