Gaza Desak PBB dan Israel Kirim Alat Medis
Gaza — Kementerian Kesehatan Gaza mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengirim peralatan medis untuk mencegah penyebaran virus korona, atau Covid-19.
“Kami meminta PBB dan komunitas internasional memberi kami dukungan segera, termasuk ventilator dan peralatan perawatan intensif untuk menangani epidemi,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Dr Ashraf al-Qudra.
Ashraf mengatakan ada kebutuhan mendesak 150 ventilator untuk melayani dua juta orang di Gaza.
Menurut seorang pejabat senior kementerian, saat ini hanya ada 65 ventilator, sedangkan kebutuhan sangat tinggi. Sebagian besar peralatan yang digunakan di rumah sakit dalam kondisi buruk. Ia juga memperingatkan tidak ada cara mengobati mereka yang sakit jika virus terus menyebar.
“Kami fokuskan upaya mencegah penyebaran virus dan semua kemungkinan kontak dengan pasien,” kata pejabat itu. “Kami memastikan siapa pun yang datang dari Israel atau Mesir segera mengisolasi diri mereka sendiri.”
“Jika penyebaran besar-besaran kami akan kehilangan kendali dan bendana besar tak terhindarkan,” tambahnya.
Personil medis di beberapa rumah sakit di Gaza menyesalkan kekurangan peralatan pelindung serta disinfektan dasar.
“Pemerintah Hamas berusaha mengirimkan pesan bahwa ada kontrol, dan bahwa sampai sekarang hanya ada dua kasus, tetapi kami bekerja dalam ketakutan,” kata seorang dokter di sebuah rumah sakit di Gaza utara kepada Haaretz, surat kabar Israel.
Gaza seharusnya menerima bantuan dari Otoritas Palestina di Ramallah, tetapi menurut pejabat seniorpejabat Israel yang mengetahui masalah ini tidak ada bantuan yang dikirim.
Bagi pemerintah Hamas masalahnya jelas. “Israel memikul tanggung jawab penuh atas kehidupan dua juta warga sipil di Jalur Gaza,” kata al-Qudra kepada wartawan.
Israel mengakui ada kekurangan signifikan dalam peralatan, tetapi beberapa ratus alat tes dan 1.000 jas pelindung untuk kru medis dikirim ke Gaza melalui WHO.
Kantor Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah Pendudukan mengatakan kepada Haaretz Tidak ada peralatan medis yang ditransfer dari rumah sakit Israel ke Gaza.
Awal pekan ini, organisasi internasional akan mengadakan sesi pelatihan untuk 30 dokter Gaza di sebuah kompleks di perbatasan Erez, tapi terjadi kelangkaan sumber daya. Fokus utama saat ini juga relatif hanya mencegah masuk orang yang sakit.
Orang-orang yang kembali ke Gaza melalui persimpangan Rafah-Mesir, dan telah dikarantina di sekolah-sekolah, mengeluhkan kondisi kebersihan yang buruk dan kekurangan kebutuhan dasar, seperti makanan dan air minum.
“Seolah-olah kita adalah penderita kusta,” kata seseorang yang dikarantina. “Kami tidak memiliki masalah untuk tetap terisolasi, tetapi kami harus mendapatkan fasilitas dasar. Kami delapan orang ke kamar, tidur di lantai.” (Mufid MD)