Google Digitalkan 400 Ribu Manuskrip Sains Islam Abad ke-11
- 400 ribu manuskrip itu dilarikan dari Timbuktu, kota pusat peradaban Islam abad ke-11.
- Google mendigitalkannya selama sembilan tahun, dan kini tersedia di situs Mali Magic.
JERNIH — Google menyelesaikan proyek raksasa, mendigitalkan 400 ribu manuskrip peradaban dan sains Islam abad ke-11 yang diselamatkan dari Timbuktu — kota yang pernah menjadi pusat sains dan pemikiran Islam.
Manuskrip Mali, demikian ArabNews menyebutnya, dilarikan ke tempat aman setelah kelompok milian menguasai sebagian besar wilayah Mali utara tahun 2012.
BACA JUGA:
- Teori Evolusi yang Membesarkan Charles Darwin Ternyata Jiplakan
- Minarets in the Mountains: Membongkar Narasi Lama tentang Islam di Eropa
Timbuktu pada abad ke-11 adalah pusat akademisi, budaya, dan pemikiran Islam. Kini, kota itu menghadapi ancaman berkelanjutan dari para pemberontak.
Satu milenium lalu Timbuktu adalah tuan rumah perpustakaan yang menghubungkan Timur Tengah dan Mediteranea, dengan teks-teks yang mencakup matematika, kedokteran, astronomi, polemik antiperang Islam, serta skrip yang ditulis dalam Bahasa Ibrani.
Naskah-naskah itu ditulis di atas berbagai perkamen; dari kertas Italia hingga kulit kambing, domba, bahkan kulit ikan. Sebagai tanda peran sentral negara dalam perdagangan emas, bebera dihiasi daun emas.
Butuh sembilan tahun bagi Google memindahkan semua manuskrip ke dalam bentuk digital. Kini, seluruh manuskrip tersedia di web Mali Magic dan dapat dilihat siapa saja.
Darurat Arkeologi
Timbuktu sempat diduduki pemberontak tahun 2014. Para ekstremis menjadi ancaman konstan warisan budaya Mali sejak awal kampanye teror mereka.
Dewan Museum Internasional mengumumkan darurat arkeologi pada tahun 2016 setelah sejulah besar harta Mali, termasuk manuskrip, patung terakota dari Lembah Niger, dan perhiasan, dijarah para jihadis dan dijual di pasar gelap.
Pustakawan di Timbuktu, dibantu Google, mendigitalkan teks setelah kota aman dan manuskrip dikembalikan. “Beberapa ratus teks hilang karena kebakaran yang disulut pemberontak,” kata Abdel Kader Haidara, pustakawan di balik operasi penyelundupan teks.
Pusat Warisan Mali, demikian Abdel Kader Haidar menyebut Timbuktu, mewakili sejarah panjang pengetahuan tertulis dan keunggulan akademik Afrika.
Seluruh teks akademis memiliki potensi menginspirasi pembelajaran global. Entah berapa ribu akademisi dan ilmuwan dari seluruh dunia datang ke Timbuktu untuk mempelajari teks dari abad ke-11.
“Ada yang mengatakan semua sejarah Afrika aadlah lisan,” kata Abdel Kader. “Kami memiliki 400 ribu manuskrip yang ditulis secara unik oleh tangan orang Afrika. Ini adalah Renaisans sesungguhnya.”
Chance Coughenour, manajer program dan arkeolog digital di Google Arts and Culture, mengatakan kepada The Times; “Kami merasa terhormat dapat mendukung mitra kami dengan teknologi untuk membuat karya mereka dapat diakses siapa pun di seluruh dunia.”
Kelompok Islamis yang bersekutu dengan Al Qaeda melakukan pemberontakan di Mali dan wilayah sekitarnya selama bertahun-tahun. Ribuan orang tewas, ratusan ribu mengungsi.