Dalam “De Administrando Imperio” (Cerimoniis The Hives) abad ke-10, dikatakan bahwa selama pengepungan itu Maslamah meyakinkan Bizantium untuk membangun masjid pertama di Konstantinopel, yang dibangun di dekat balai kota.
JERNIH—Kita tahu, pada 1453, Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, jatuh ke tangan pasukan Muslim yang dipimpin Muhammad Al-Fatih. Sebenarnya, tujuh abad sebelumnya Konstantinopel sempat nyaris jatuh ke tangan pasukan Muslim, saat para tentara dari seluruh suku-suku Arab itu melakukan pengepungan kedua terhadap Konstantinopel yang dimulai pada 15 Agustus 717.
Serangan untuk merebut ibu kota kaum “Rum” itu dipimpin Maslamah bin Abdul Malik. Maslamah sejatinya adalah seorang pangeran Dinasti Umayyah, putra Khalifah Abdul Malik bin Marwan, dari seorang selir budak. Fakta itu yang membuat dirinya dikeluarkan dari garis suksesi kepemimpinan Daulah Umayyah.
Maslamah pertama kali memimpin pasukan saat bersama keponakannya, Al-Abbas bin al-Walid, melakukan penyerangan melawan Kekaisaran Bizantium pada tahun 705. Ekspedisi militernya yang lebih besar adalah pengepungan Kota Tyana di Asia Kecil, yang digelar untuk menghormati dan membalas kematian Maimun al-Gurgunami (Maimun the Mardaite), jenderal besar pasukan Muslim yang gugur setahun sebelumnya.
Pengepungan berlangsung selama musim dingin dan tentara Arab menghadapi kesulitan besar. Tetapi setelah pasukan Arab mengalahkan pasukan bantuan Bizantium, pada musim semi tahun 708 kota itu menyerah. Beberapa bulan kemudian, juga pada musim panas, Maslamah memimpin ekspedisi lain ke Asia Kecil dan kembali mengalahkan pasukan Bizantium di dekat kota Amorium. Setahun kemudian, Maslamah juga mendapat tugas untuk menyerbu ke wilayah Isauria.
Di tahun 709 itu pula Maslamah diangkat menjadi gubernur militer Armenia dan Azerbaijan, menggantikan pamannya Muhammad ibn Marwan. Jabatan itu dirangkap dengan jabatan sebelumnya, gubernur Jund Qinnasrin di Suriah utara, yang sebelumnya pun ia pegang. Para sejarawan, misalnya Jere L. Bacharach, yakin di kota tersebut Maslamah banyak membangun banyak msjid dan gedung-gedung pemerintahan di Qinnasrin, bahkan membangun Masjid Jami Aleppo.
Maslamah juga tercatat sebagai orang pertama yang menegaskan kehadiran Khilafah Umayyah di Kaukasus, yang menyebabkan dimulainya konflik langsung kaum Muslim dengan bangsa Khazar (Perang Arab-Khazar Kedua). Pada 710, ia membawa ribuan pasukan menyerbu Bab al-Abwab, nama Arab untuk Derbent, kota yang saat ini berada di Republik Dagestan, Rusia. Kota tersebut sangat indah dan hingga kini menjadi salah satu kota pariwisata di Dagestan. Derbent adalah kota tertua di Rusia dan gerbang masuknya Islam ke tanah Rusia. Di kuburan Kyrkhlyar Derbent dimakamkan 40 orang sahabat Nabi yang diutus Khalifah Umar untuk menyebarkan Islam ke kawasan Kaukasia.
Pengepungan kedua Konstantinopel tersebut gagal, karena selama pengepungan dan negosiasi, logistik pasukan Muslim banyak dicuri musuh mereka. Tentara Muslim pun menderita lapar, sampai—konon, mereka harus memakan binatang melata dan hewan pengerat yang berkeliaran.
Naluri militer Maslamah sebenarnya sudah mengharuskannya menarik mundur pasukan, menyaksikan satu persatu tentaranya gugur kelaparan. Tetapi tak pernah juga datang perintah dari Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, saudara yang diketahui sangat membencinya. Sebagai personal militer yang taat, Maslamah pun tetap bertahan dalam kelaparan dan sengatan dingin udara musim dingin Konstantinopel.
Untunglah, saat Sulaiman meninggal dan digantikan Umar bin Abdul Aziz, datanglah perintah Khalifah untuk mundur. Nyaris setahun Masmalah dan pasukannya bertahan dalam kesulitan dan hidup di ambang kematian. Untuk kedua kalinya—setelah perjumpaan pertama dengan Umar II yang menawan hatinya—Maslamah terkesan dengan kebijaksanaan Umar bin Abdul Aziz.
Di kemudian hari, Maslamah bersyukur bisa bertemu muka di saat-saat terakhir Khalifah tergolejk sebelum ajal karena diracun kalangan istana yang tak menyukai keadilannya. Dalam kesempatan itu Umar bin Abdul Aziz memintanya untuk menemaninya menghadapi kematian. Khalifah bahkan berpesan supaya Maslamah sudi memandikannya, mengkafani, mengantar jasadnya sampai kubur, dan sekaligus membaringkannya liang lahad. Dengan menegarkan hati, Maslamah menyanggupinya.
Setelah sekian lama tidak berkata kata Maslamah berkata, “Berwasiatlah, wahai Amirul mukminin!”
“Aku tidah punya harta yang dapat ak wasiatkan,” jawab Umar.
Maslamah berkata, “Ini ada uang 100.000 dinar. Wasiatkanlah kepada siapa yang engkau kehendaki!”
Umar menjawab, “Apakah tidak lebih baik harta itu kamu kembalikan ke tempat kamu mengambilnya?”
Maslamah pun terdiam, takjub akan sikap Khalifah Umar II. Maslamah dijemput ajal, dua puluh tahun semenjak kematian Umar bin Abdul Aziz.
Upaya Maslamah merebut Konstantinopel dirayakan dalam banyak literatur Muslim kemudian. Beberapa catatan yang masih ada, menuliskan dengan penghormatan semi-fiksi, yakni manakala disebutkan bahwa Maslamah sempat memasuki Konstantinopel, mendatangi Hagia Sophia, tempat Kaisar memberikan penghormatan kepadanya sebelum kembali ke tanah kaum Muslim.
Serbuan itu secara khusus terus memberikan inspirasi kepada para penulis Muslim kemudian, termasuk sufi dan cendikiawan dari Andalusia pada abad ke-13, Ibnu Arabi, yang menuliskan sebagian kisahnya dalam “Muhadarat al-Abrar”, hingga Khamsa, penyair Kesultanan Usmani di abad ke-17.
Juga tercatat bahwa tradisi Bizantium, seperti dalam “De Administrando Imperio” (Cerimoniis The Hives) abad ke-10, menyatakan bahwa selama pengepungan itu Maslamah meyakinkan Bizantium untuk membangun masjid pertama di Konstantinopel, yang dibangun di dekat balai kota. [ ]