
Hamas telah mendesak Amerika Serikat dan para mediator untuk menekan Israel agar menghormati perjanjian gencatan senjata dan menghentikan serangan, setelah mengembalikan jenazah tawanan ke Tel Aviv melalui Palang Merah.
JERNIH – Pasukan Israel telah menewaskan 11 anggota keluarga Palestina di Gaza, pelanggaran tunggal paling mematikan terhadap gencatan senjata yang rapuh sejak berlaku delapan hari lalu. Sejak gencatan senjata diberlakukan, Israel telah menewaskan 28 orang,
Serangan itu terjadi pada Jumat (17/10/2026) malam ketika sebuah peluru tank ditembakkan oleh pasukan Israel terhadap kendaraan sipil yang membawa keluarga Abu Shaaban di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza. Hamas telah mendesak Amerika Serikat dan para mediator untuk menekan Israel agar menghormati perjanjian gencatan senjata dan menghentikan serangan.
Juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmoud Basal dalam sebuah pernyataan mengungkapkan, tujuh anak-anak dan tiga wanita termasuk di antara mereka yang tewas ketika militer Israel menembaki kendaraan tersebut. Keluarga itu berusaha mencapai rumah mereka untuk memeriksanya.
“Mereka seharusnya bisa diperingatkan atau diperlakukan berbeda,” kata Basal, seraya menambahkan bahwa apa yang terjadi menegaskan bahwa pendudukan masih haus darah, dan bersikeras melakukan kejahatan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Hamas mengutuk apa yang disebutnya pembantaian dan mengatakan keluarga tersebut menjadi sasaran tanpa pembenaran. Kelompok tersebut mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para mediator untuk menekan Israel agar menghormati perjanjian gencatan senjata.
Dalam serangan itu, tentara Israel menembaki orang-orang yang melintasi apa yang disebut “garis kuning”, garis demarkasi yang seharusnya ditarik oleh militer Israel berdasarkan ketentuan gencatan senjata.
Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari Gaza, mengatakan banyak warga Palestina tidak memiliki akses internet dan tidak mengetahui di mana pasukan Israel berada di sepanjang garis demarkasi, sehingga membahayakan keluarga. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa garis kuning di Gaza akan segera ditandai demi kejelasan.
Ketika pertukaran tawanan dengan tahanan Palestina berdasarkan ketentuan kesepakatan terus berlanjut, Israel telah menewaskan sedikitnya 28 warga Palestina, dan sangat membatasi aliran bantuan yang sangat dibutuhkan, termasuk makanan dan pasokan medis.
Minggu lalu, pasukan Israel membunuh lima warga Palestina di lingkungan Shujayea, juga di Kota Gaza. Israel juga terus menutup perlintasan Rafah dengan Mesir dan memblokir perlintasan perbatasan utama lainnya, mencegah pengiriman bantuan dalam skala besar ke daerah kantong tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan minggu ini bahwa konvoi bantuan kesulitan mencapai daerah-daerah yang dilanda kelaparan, dengan 49 persen orang mengakses kurang dari enam liter air minum per hari – jauh di bawah standar darurat.
Program Pangan Dunia mengatakan pihaknya telah membawa rata-rata 560 ton makanan setiap hari ke Gaza sejak gencatan senjata dimulai, jauh di bawah apa yang dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan gizi yang meluas dan mencegah kelaparan.
Hamas mengatakan pihaknya tetap berkomitmen pada persyaratan gencatan senjata, termasuk mengembalikan sisa-sisa tawanan Israel yang masih berada di bawah reruntuhan Gaza.
Kelompok tersebut menyerahkan jenazah tawanan lainnya pada Jumat malam, sehingga total korban menjadi 10 orang sejak gencatan senjata dimulai. Hamas mengatakan mereka membutuhkan alat berat dan peralatan penggalian untuk mengambil lebih banyak jenazah, tetapi Israel telah memblokir akses masuk mereka.