Italia Terkunci Total, Narapidana di 22 Penjara Ngamuk
Roma — Italia kini menjadi negara tertutup, menyusul keputusan Perdana Menteri (PM) Giuseppe Conte memperluas pembatasan perjalanan ke seluruh negeri.
“Kini, seluruh negeri adalah zona merah,” kata PM Conte kepada wartawan, Senin 9 Maret 2020 malam.
Menurut PM Conte, langkah ini diambil untuk melindungi penduduk, terutama individu paling rapuh, serta terjadinya kekacauan di sekujur Italia.
Baca Juga:
— Italia Kunci Milan, Karantina 16 Juta Orang
— Italia Tutup Sekolah, Larang Jabat Tangan, dan Serie A tanpa Penonton
— Wabah Virus Korona Tunda Laga Serie A Italia
Sejak Minggu, 97 orang meninggal, yang membuat total kematian akibat virus korona di Italia menjadi 463. Jumlah kasus bertambah menjadi 9.172, terbanyak kedua setelah Cina, dan satu-satunya negara Eropa paling menderita.
Semula, Italia yang menutup bagian utara negera, utapanya Propinsi Lombardy dan Veneto. Kini, seluruh Italia benar-benar terkunci, dengan penduduk dipaksa berdiam diri di rumah.
Di Lombardy, sistem perawatan kesehatan gagal mengatasi tsunami pasien dan di ambang kehancuran. Rumah sakit dipenuhi pasien, tapi tidak ada tempat tidur.
“Kami dipaksa melakukan perawatan intensif di koridor rumah sakit,” kata Antonio Pesenti, seorang koordinator perawatan intensif di unit krisis wilayah Lombardy.
“Kami mengosongkan seluruh bagian rumah sakit, untk memberi ruang bagi pasien dalam kondisi kritis,” lanjutnya.
Pesenti memperkirakan akan ada 18 ribu pasien sampai akhir bulan ini jika virus terus menyebar, dan menjangkiti banyak orang.
Penghuni Penjara Ngamuk
Penguncian kota menimbulkan dampak buruk di seluruh negeri. Salah satunya, narapidana di sejumlah penjara berusaha melarikan diri dengan berbagai cara.
Tindakan nekad terjadi setelah petugas melarang kunjungan keluarga narapidana ke penjara, sebagai cara menahan penyebaran virus.
Keributan terjadi di 22 penjara, dengan beberapa narapidana tewas. Di Foggia, narapidana menduduki seluruh kompleks, 43 tahanan berhasil keluar dari penjara tapi ditangkap lagi.
Di Modena, narapidana menguasai dua bagian penjara. Mereka menyerbu rumah sakit penjara untuk mendapatkan obat-obatan, dan menkonsumsinya.
Fransesco Basentini, direktur sistem lembaga pemasyarakatan, mengatakan enam napi tewas. Rincinya, dua tewas overdosis, satu menghirup asap beracun, penyebab kematian tiga lainnya masih diselidiki.
Kerusuhan terbesar terjadi di Penjara Rebibia di Roma. Narapidana mencapai area eksternal, merusak seluruh paviliun.
Di Bologna, empat petugas penjara diculik, 350 narapidana menduduki dua bagian fasilitas. Tidak ada laporan narapidana berhasil kabur.
Hampir seluruh penjara di Italia kini rusak parah, akibat ketakutan narapidana menjadi korban virus korona.