Jangan Lagi Bicara Kekebalan Kelompok, Varian Delta Merusak Segalanya
- Denmark dan Islandia adalah dua negara dengan jumlah penerima vaksin terbanyak, yaitu 93 persen.
- Kini kedua negara itu mengalami lonjakan infeksi.
- Setengah penghuni rumah sakit di kedua negara itu adalah pasien Covid-19 yang telah menerima vaksin lengkap.
JERNIH — Tyra Grove Krause, direktur akademik Institute Serum Nasional (SSI) Denmark, mengatakan kemunculan varian Delta yang lebih menular menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) tidak mungkin tercapai.
“Tidak realistis mencapai kekebalan kawanan yang dipahami bahwa kita tidak akan lagi melihat penyebaran infeksi sama sekali,” kata Tyra Grove.
Sebelum muncul varian Alpha dan Delta, perkiraan menempatkan ambang batas kekebalan kawanan di antara 60 sampai 70 persen populasi. Artinys, setelah mayoritas penduduk menerima vaksin, tercipta kekebalan kelompok.
Kekebalan kelompok berarti cukup banyak orang kebal terhadap infeksi sehingg angka reproduksi, atau tingkat R turun di bawah satu tanpa tindakan anti-infeksi lainnya. Tingkat R adalah jumlah orang yang diinfeksi oleh setiap orang yang terinfeksi.
“Jika vaksin seratus persen efektif melawan varian yang sedang dimainkan saat ini, kami memiliki cakupan vaksinasi seratus pesen di antara populasi berusia 12 tahun ke atas,” kata Tyra Grove. “Seharusnya kami berbicara tentang mencapai kekebalan kawanan yang sebenarnya terhadap varian Delta.”
Sayangnya, masih menurut Tyra Grove, kenyataan tidak seperti itu. Denmark, lanjutnya, tidak bisa mencapai kekebalan kawanan.
Tyra Grove mengatakan wabah Covid-19 akan berlanjut, tapi gelombang baru akan terlibat berbeda. “Kita masih akan melihat kasus infeksi Covid-19, tapi tidak akan ada komplikasi serius seperti yang kita lihat di masa lalu, karena vaksin melindungi individu dari penyakit serius.”
Jadi, demikian Tyra Grove, setiap negara akan memasuki periode mentolerir tingkat infeksi yang jauh lebih tinggi karena mereka yang terinfeksi tidak akan menderita sangat parah.
“Ambang batas kita ketika tingkat infeksi dianggap tinggi telah bergeser ke atas,” katanya.
Tyra Grove melihat varian Delta tidak secara serius mengancam program vaksinasi. Sebab, masih ada tingkat perlindungan yang tinggi terhadap penyakit yang tersisa.
“Ini sejalan dengan tujuan pembuatan vaksin dan vaksinasi, yaitu mencegah penyakit serius, bukan menghilangkan virus,” katanya. “Pertanyaan besarnya adalah berapa lama vaksin akan tetap efektif?”
Sebelumnya, Thorolfur Gudnason — kepala ahli epidemiologi Islandia — sampai pada kesimpulan bahwa vaksinasi tidak mengarah pada harapan akan munculnya kekebalan kawanan.
Dalam beberapa pekan terakhir varian Delta telah melampaui semua yang ada di Islandia — salah satu negara di Eropa dengan penduduk terbanyak divaksinasi. Jumlah infeksi meningkat, yang mengindikasikan orang yang menerima vaksin dapat dengan mudah tertular dan menyebarkannya.
“Saya tidak suka membawa berita buruk, tapi Islandia — dengan 93 persen penduduk berusia 16 tahun ke atas telah divaksinasi — sedang mengalami lonjakan Covid-19 terbesar,” kata Gudnason.
Jadi, lanjutnya, tidak masuk akal berasumsi peningkatan cakupan vaksin akan menghasilkan kekebalan kawanan.
Saat ini, setengah dari mereka yang dirawat di rumah sakit telah menerima vaksin. Dia memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir, dan menyeru kesiapan menghadapi tantangan yang akan datang.
Islandia kembali memperkenalkan pembatasan sosial, setelah menghapusnya pada awal musim panas lalu. Islandia dipuji media sebagai negara yang mengalahkan pandemi.
Menurut Gudnason, hanya ada dua cara untuk mengembangkan kekebalan kelompok, yaitu menyebaran infeksi dan vaksinasi. “Pertanyaanya, apakah kita ingin menguji herd immunity dengan membuka masker dan bersantai,” katanya dalam wawancara dengan surat kabar Visir.
Islandia, negeri berpenduduk 330 ribu kasus, telah mengalami 8.700 kasus infeksi dengan 30 kematian. Denmark berpenduduk 5,8 juta jiwa memiliki infeksi 323.000 dengan 2.500 kematian.