Kebakaran Kamp Rohingya di Bangladesh Sabotase Terencana
Hampir 2.800 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran hancur dalam kebakaran pada 5 Maret, menyebabkan lebih dari 12.000 orang kehilangan tempat berlindung.
JERNIH – Kebakaran yang menyebabkan ribuan Muslim Rohingya kehilangan tempat tinggal di kamp-kamp Bangladesh merupakan tindakan sabotase yang direncanakan, kata sebuah panel yang menyelidiki kebakaran itu pada Minggu (12/3/2023).
Hampir 2.800 tempat penampungan dan lebih dari 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran hancur dalam kebakaran pada 5 Maret, menyebabkan lebih dari 12.000 orang kehilangan tempat berlindung, kata para pejabat.
Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya tinggal di puluhan ribu gubuk yang terbuat dari bambu dan terpal plastik tipis di kamp-kamp di distrik perbatasan Cox’s Bazar, sebagian besar melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada 2017.
“Kebakaran itu merupakan tindakan sabotase yang terencana,” kata pejabat senior pemerintah distrik Abu Sufian, kepala komite penyelidikan beranggotakan tujuh orang, kepada Reuters melalui telepon dari Cox’s Bazar.
Dia mengatakan kobaran api terjadi di beberapa tempat pada waktu yang sama, membuktikan bahwa itu adalah tindakan yang direncanakan. Aksi ini adalah upaya yang disengaja untuk membangun supremasi di dalam kamp oleh kelompok militan. Dia tidak menyebutkan kelompok-kelompok itu.
“Kami merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut oleh lembaga penegak hukum untuk mengidentifikasi kelompok di balik insiden itu,” katanya seraya menambahkan bahwa laporan itu berdasarkan masukan dari 150 saksi mata.
Panel juga merekomendasikan pembentukan unit pemadam kebakaran terpisah untuk kamp-kamp Rohingya. Setiap blok kamp Rohingya perlu diperlebar untuk menampung kendaraan dinas pemadam kebakaran dan pembangunan tangki air, dan kamp harus menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar di tempat penampungan, di antara rekomendasi lainnya.
Kebakaran sering terjadi di kamp yang penuh sesak dengan struktur daruratnya. Kebakaran besar pada Maret 2021 menewaskan sedikitnya 15 pengungsi dan menghancurkan lebih dari 10.000 rumah.
Meningkatnya kejahatan, kondisi kehidupan yang sulit, dan prospek yang suram untuk kembali ke Myanmar mendorong lebih banyak pengungsi Rohingya meninggalkan Bangladesh dengan kapal ke negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, mempertaruhkan nyawa mereka. Data PBB menunjukkan 348 Rohingya diperkirakan telah meninggal di laut tahun lalu.