CrispyDesportare

Pabrik Pemain Sepak Bola Bernama Borussia Dortmund

  • Setelah nyaris bangkrut, Borussia Dortmund mengubah strategi bisnisnya.
  • Mencari pemain belia berpotensi tinggi, mendidiknya sejak usia 14 tahun, dan menjualnya.
  • Cara ini membuat Dortmund setiap tahun punya bintang baru, dan mampu bersaing di Bundesliga dan Liga Champions.

Borussia Dortmund, anggota Bundesliga Jerman, bukan sekedar klub, tapi ‘pabrik’ pemain sepak bola.

Mereka mengambil talenta muda dari seluruh dunia, membentuknya menjadi pemain kelas dunia, dan menjualnya. Manajemen Dortmund meraup untung besar, yang membuatnya tidak tergantung pada penjualan tiket dan sponsor.

Pemain seperti Christian Pulisic dan Ousmane Dembele pernah berjalan di aula Dortmund. Keduanya mengenakan kostum klub, tampil mengesankan dalam satu atau dua musim, dan dijual.

Kini, Dortmund punya dua lagi pemain berharga tinggi; Jadon Sancho dan Erlind Haaland. Sancho diminati Manchester United, dan Haaland diam-diam diincar Real Madrid.

Keduanya mungkin belum akan dilepas, karena satu atau dua musim lagi harga keduanya bisa sangat mahal.

Menjadi ‘pabrik pemain’ bukan sesuatu yang kebetulan, tapi bagai bagian strategi klub. Manajemen Dortmund tahu mereka tidak bisa bersaing secara finansial dengan Bayern Munich, dan klub-klub Eropa lainnya.

Yang diinginkan manajemen Dortmund adalah selalu di level atas Bundesliga, dan hadir di Liga Champions. Hanya itu yang membuat mereka bisa mendapatkan uang.

Dortmund tidak punya kemampuan berinvestasi dengan membeli pemain mahal, yang menjadikannya calon juara setiap musim. Yang mereka bisa lakukan adalah investasi pada bakat-bakat muda.

Nyaris Bangkrut

Semua ini berawal tahun 2005, ketika Dortmund nyaris bangkrut. Situasi yang memaksa manajemen melakukan bisnis berbeda, karena tak mungkin menempuh jalan serupa dengan pesaing yang lebih kaya.

Lars Ricken, direktur akademi Dortmund, mengatakan; “Klub punya ide dan filosofi bisnis yang jelas, yaitu memberi pengalaman dan waktu bermain kepada pemain muda.”

Ketika banyak klub sepenuhnya tergantung pada pemain mapan dan berpengalaman, Dortmund secara berani memasukan pemain muda sebagai starter. Spekulasi yang berani, tapi itulah yang membuat pemain muda dari seluruh dunia memilih Dortmund.

Mencari pemain muda berbakat bukan sesuatu yang mudah. Di masa lalu, Ajax Amsterdam terkenal dengan kemampuan ini. Beberapa klub mengikuti jejak klub asal Belanda itu tapi tak terlalu sukses.

Dortmund punya Markus Pilawa, yang tim kecilnya mengumpulkan analisis mendapat tentang setiap pemain yang mereka pantau dan berbicara dengan manajemen tim utama untuk memastikan kesesuaian pemain dengan klub.

Semula Pilawa merekrut pemain profesional, yang bisa dipadu dengan pemain muda. Ia mendapatkan Matus Hummels dan Axel Witsel.

“Sangat penting memiliki campuran pemain yang bagus,” katanya kepada CNN Sport.

Namun, masih menurut Pilawa, dalam beberapa tahun terakhir Dortmund memiliki skuad terlalu muda. Tidak ada pemimpin, karena semua orang bertalenta tinggi kendati mereka masih muda.

Di pasar transfer, harga pemain muda berbakat — plus pengalaman bermain dengan klub papan atas — sangat mahal. Situasi ini membuat Dortmund fokus pada upaya membentuk pemain menjadi bintang pada usia sangat muda.

Caranya, memadukan pemain bertalenta tinggi usia 14 tahun dengan pemain senior, dan pantau selama dua tahun. Setelah dua tahun, Paliwa akan emmutuskan apakah pemain memiliki kepribadian untuk mengatasi tuntutan besar klub.

“Kami adalah klub Liga Champions, dan kami bersaing dengan bayern Muenchan,” kata Paliwa. “Jadi, kami membutuhkan talenta tingkat tinggi, dan tidak banyak yang memilikinya di planet ini.”

Dortmund mendapatkan bakat-bakat itu dari luar negeri. Rata-rata tidak bisa berbahasa Jerman, dan harus berjuang dengan kebiasaan hidup di Eropa.

Tidak selalu pemain muda yang diboyong Dortmund berharga murah. Jude Bellingham, pemain usia 17 tahun, dibeli dari Birmingham dengan harga 30 juta dolar AS, atau Rp 441 miliar, Juli lalu.

Banyak klub membujuk Bellingham, dan semuanya putus asa ketika gelandang remaja itu memilih Dortmund.

Pilawa memuji manajemen klub yang bertindak cepat mengontrak pemain sesuai kebutuhan. Terlebih ketika klub lain ikutan mengejar.

“Kami dapat menunjukan kepada mereka betapa kami tidak berbohong,” kata Pilawa, merujuk pada Sancho dan Pulisic, yang sukses di level junior.

Dortmund saat ini tidak sama dengan sepuluh tahun lalu. Kini, setiap tahun Dortmund melahirkan bintang muda berbakat. Tahun depan, dan tahun berikut, akan selalu ada bintang baru.

Hasil Berikut

Bellingham masuk tim utama musim ini, dan mencetak gol dalam debutnya awal pekan ini. Selain Bellingham, ada Giovanni Reyna, bintang muda asal AS.

Giovanni adalah putra Claudio Reyna, mantan pemain timnas AS. Danielle Egan, ibu Giovanni, juga pemain sepakbola.

Giovanni bergabung dengan Dortmund dari New York City tahun 2019. Ia kini masuk tim utama.

Dortmund berharap Giovanni memanfaatkan pengaturan unik di klub, dan semakin kreatif. Selain latihan berkualitas, secara tertatur pemain bertemu pelatih empat mata di dalam dan luar lapangan.

Tim pelatih harus tahu kesulitan atau kebutuhan pemain muda. Yang pasti, pelatih memperhatikan dengan sangat rinci.

Otto Addo, yang bermain untuk Dortmund dari timnas Ghana sebelum pensiun, menjadi orang paling sering ditemui pemain. Giovanni Reyna salah satunya. Bahkan, Oddo membantu Giovanni naik ke tim utama.

Addo membuat sesi latihan khusus yang mencakup empat hal; teknik, taktik, fisik, dan mentalitas. Namun Addo bukan segalanya, karena pemain terbaik ditentukan kualitas individu pemain.

Khusus untuk Reyna, Addo mengatakan; “Potensi Reyna terlihat sejak awal dan senang melihatnya berkembang.”

Pasar AS

Bukan kebetulan jika Dortmund menempa Pulisic dan Reyna habis-habisan. Keduanya orang AS, dan Dortmund berusaha menaklukan pasar Paman Sam.

Di sisi lain, AS — meski belum punya budaya sepak bola — adalah sumber pemain berbakat yang belum banyak dieksplorasi. Di AS, pemandu bakat Dortmund hilir-mudik dari satu ke lain kota mencari bakat-bakat belia.

Tiga tahun terakhir Pilawa membangun jaringan pemandu bakat di AS. Manajemen Dortmund yakin AS akan menjadi tambang emas bagi klub.

“AS pasar sangat penting,” kata Pilawa. “Saya tahu tidak ada sepuluh talenta terbaik di setiap kelompok umur, tapi mungkin ada satu talenta setiap tiga tahun, dan saya harus mengetahuinya.”

Bagaimana dengan adaptasi pemain?

Memang tidak mudah. Setiap pemain harus bekerja keras. Terutama soal bahasa. Setiap pekan ada empat pelajaran Bahasa Jerman yang harus diikuti semua pemain muda.

“Yang juga tidak mudah adalah pemain memiliki rekan dari berbagai negara, dengan bahasa berbeda-beda,” kata Pilawa. “Mereka jauh dari orang tua pada usia sangat muda. Mereka dituntut dewasa pada usia muda. Jadi, kami bertanggung jawab terhadap semua pemain ini.”

Keinginan Fans

Setiap pekan, Westfalenstadion — rumah Borussia Dortmund — selalu penuh dengan 80 ribu penonton. Mereka tidak datang untuk sekedar melihat Dortmund menang, tapi menyaksikan pemain yang ‘dilahirkan’ klub kesayangannya.

“Itulah alasan mengapa atmosfer Westfalenstadion luar biasa. Ada identifikasi antara penggemar dan pemain,” kata Ricken. “Fans kami selalu ingin melihat pemain yang hasil didikan Dortmund.”

Dortmund adalah wilayah para pekerja keras. Setiap penduduknya selalu ingin melihat orang-orang yang berjuang sampai akhir di klub.

“Itulah yang membuat saya berhati-hati memilih pemain,” kata Pilawa. “Hanya mereka yang mau bekerja keras bisa bergabung di sini.”

Back to top button