Pembunuhan Mantan PM Jepang Shinzo Abe: Gereja Unifikasi Khawatir Aksi Balas Dendam
- Pembunuhan Shinzo Abe menimbulkan perebutan kekuasaan di tubuh Gereja Unifikasi.
- Gereja Unifikasi menuduh pers tidak seimbang dan bias dalam memberitakan pembunuhan Abe.
JERNIH — Gereja Unifikasi, atau Federasi Keluarga untuk Perdamaian dan Penyatuan Dunia, mengklaim anggotanya mendapat ancaman pembunuhan dan kejahatan kebencian setelah pembunuhan mantan PM Jepang Shinzo Abe.
“Akibat laporan media yang tidak seimbang, gereja kami dan anggotanya difitnah secara serius dan hak asasi mereka dirusak,” demikian pernyataan Gereja Unifikasi, kelompok keagamaan yang didirikan mesiah Moon Sun-myung tahun 1954.
Liputan media, lanjut pernyataan itu, dikhawatirkan memicu kejahatan rasial terhadap anggota gereja. Gereja Unifikasi di seluruh Jepang menerima banyak panggilan telepon dari orang-orang yang mengancam akan membunuh anggota gereja.
“Di situs kami, pesan kebencian juga telah diunggah,” lanjut pernyataan itu seperti dikutip Korea Times
Tetsuya Yamagami, pembunuh mantan PM Jepang Shinzo Abe pada 8 Juli lalu, mengaku menyimpan dendam kepada Abe atas dugaan hubungan dengan Gereja Unifikasi. Ibu Yamagami dikabarkan memberi donasi besar ke gereja, yang membuat keluarga bangkrut.
Korea Times menulis ancaman itu merupakan reaksi atas praktik donasi paksa yang dijalankan Gereja Unifikasi. Sedangkan Gereja Unifikasi lebih suka menyalahkan media atas laporan yang tidak akurat dan bias, menyusul konferensi pers yang diselenggarakan sekelompok pengacara pada 12 Juli dan diklaim memicu permusuhan.
Sejak itu, menurut Gereja Unifikasi, beberapa laporan media diproduksi semata-mata berdasarkan komentar anggota Jaringan Nasional Pengacara Terhadap Penjualan Spiritual Jepang — sebuah kelompok yang mewakili mantan anggota Gereja Unifikasi dan keluarga mereka.
Ahn Ho-jeol, kepala departemen hubungan masyarakat Gereja Unifikasi di Korea, menuding kelompok sayap kanan anti-Korea di Jepang sebagai pihak di balik ancaman pembunuhan.
“Di Jepang, media tidak tertarik pada pelanggaran HAM dan kejahatan kebencian. Mereka hanya fokus pada produksi cerita yang menyoroti praktik donasi gereja,” kata Ahn.
Gereja Unifikasi menuduh pengacara Jepang menyebarkan informasi yangs alah. Pengacara Jepang tampaknya menggambarkan Gereja Unifikasi sebagai jahat, dan melihat Yamagami dan ibunya adalah korban praktik donasi eksploitatif.
Hiroshi Yamaguchi, salah satu pengacara, mengatakan tindakan Yamagami membunuh Shinzo Abe benar-benar biadab dan tidak bisa dimaafkan. “Namun, jika motifnya sumbangan besar ibunya ke Gereja Unifikasi menyebabkan kehancuran keluarga dan menimbulkan dendam adalah benar, dan kami dapat memahami betapa sakit dan menderita karena tindakan ibunya,” katanya.
Perebutan Kekuasaan di Gereja
Kematian Abe ternyata mengintensifkan perebutan kekuasaan di Gereja Unifikasi. Pengikut gereja terpecah menjadi dua setelah meninggal karena komplikasi pneumonia tahun 2012.
Kwak Chung-hwan, mantan presiden Gereja Unifikasi yang pernah disebut sebagai orang nomor dua di gereja saat pendiri masih hidup, mendesak anggotanya bertobat setealh peristiwa Pembunuhan Abe.
“Saya terkejut tersangka menargetkan Abe karena dendam kepada Gereja Unifikasi,” katanya saat konferensi pers di Hotel Koreana di Seoul. “Saya pikir saya ikut bertanggung jawab atas kematiannya, dan saya menyampaikan permintaan maaf.”
Menurut Kwak, pembunuhan Abe adalah pengingat mengerikan dari Gereja Unifikasi yang tergelincir dan mendorong pemimpinnya bertobat serta meminta maaf kepada publik Jepang.
Kwak adalah ayah metua Moon Hyun-jin, putra pendiri Gereja Unifikasi. Moon juga pendiri Global Peace Foundation yang berbasis di Washington DC. Namun Moon meninggalkan gereja setelah kematia ayahnya tahun 2012.
Mengenai pernyataan Kwak Chung-hwan, Ahn Ho-jeol mengatakan; “Dia telah meninggalkan gereja selama bertahun-tahun, sehingga tidak dalam posisi mewakili gereja lagi.”