Menlu Jerman dan Prancis juga mengatakan AS dan Uni Eropa harus “saling berkonsultasi” untuk mengoordinasikan pendekatan mereka ke Cina terkait hak asasi manusia, infrastruktur digital, dan perdagangan yang adil.
Oleh : Stuart Lau
JERNIH– Para pemimpin Uni Eropa (EU) mengharapkan presiden terpilih AS Joe Biden bisa bekerja sama dengan Eropa untuk menangani Beijing. Jerman dan Prancis menyerukan persatuan Eropa-AS untuk melawan negara-negara seperti Cina, Rusia dan Iran.
Dalam sebuah opini bersama yang langka, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian dan mitranya dari Jerman Heiko Maas menguraikan seruan mereka di The Washington Post pada hari Senin, kurang dari dua pekan pasca-Pemilu AS.
“Dengan Biden, persatuan transatlantik yang lebih besar akan dimungkinkan berkaitan dengan otokrat dan negara-negara yang berusaha untuk meningkatkan kekuasaan mereka dengan merusak tatanan internasional atau regional. Tetapi pendekatan berprinsip tidak mengecualikan dialog dan kerja sama,”tulis mereka berdua.
“Di bawah pemerintahan Biden, arah kebijakan luar negeri AS akan terus mengarah ke Cina, yang kami lihat sebagai mitra, pesaing, dan saingan sistemik pada saat yang sama.”
Mereka juga mengatakan AS dan Uni Eropa harus “saling berkonsultasi” untuk mengoordinasikan pendekatan mereka ke Cina terkait hak asasi manusia, infrastruktur digital, dan perdagangan yang adil.
Biden menggemakan pandangan itu pada hari Senin, mengatakan Washington akan mengandalkan sekutunya untuk menghadapi Beijing atas praktik perdagangan yang tidak setara. Baik AS dan UE telah lama mengeluh tentang pembatasan akses pasar di Cina, yang pada hari Minggu (15/11) menandatangani kesepakatan perdagangan terbesar dunia dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan 10 negara Asia Tenggara.
“Kita perlu selaras dengan negara demokrasi lain… sehingga kita dapat menetapkan aturan jalan, alih-alih membuat Cina dan lainnya mendikte hasil karena mereka adalah satu-satunya pemain,” kata Biden.
Tetapi ketika Le Drian dan Maas menyerukan konsultasi AS dengan Eropa, yang lain ingin Washington memimpin. “Ada kebutuhan yang kuat untuk kepemimpinan dan komitmen AS,” kata Menteri Luar Negeri Norwegia, Ine Eriksen Soreide, pada forum online yang diselenggarakan German Marshall Fund of the US, sebuah wadah pemikir Washington.
Soreide, seperti menteri luar negeri Prancis dan Jerman, bertemu dengan mitranya dari Cina, Wang Yi, ketika dia mengunjungi wilayah itu pada musim panas, saat Beijing berusaha untuk membalikkan gelombang skeptisisme yang tumbuh terhadap Cina. Tetapi tidak seperti Prancis dan Jerman, Norwegia bukan bagian dari UE dan secara geografis lebih dekat dengan musuh tradisional Rusia, di mana pertahanan AS dianggap penting.
Soreide menyebutnya sebagai “salah satu fitur paling menakjubkan” dari pemerintahan Donald Trump yang berusaha untuk menghadapi Cina dengan menarik diri dari kerja sama internasional. “Hal itu tentu saja membuat ruang terbuka lebar bagi Cina untuk memberikan pengaruh yang lebih besar, mengisi kekosongan lebih cepat,” katanya.
“Sangat penting bahwa ketika kita terlibat dalam dialog transatlantik tentang hal ini, menjalankan kepemimpinan AS berarti terlibat di area tempat sekutu Anda hadir,” kata Soreide. “Dengan itu, kita bisa melakukan banyak hal bersama.”
Ketidaksepakatan bilateral antara Washington dan Brussel bisa menjadi hambatan bagi kebijakan bersama apa pun tentang Cina. Menteri Luar Negeri Spanyol, Arancha Gonzalez Laya, mengatakan kepada BBC, Senin (16/11) lalu, bahwa akan bijaksana bagi AS dan UE untuk menyelesaikan perselisihan mengenai Boeing dan Airbus sebelum mereka memulai kebijakan untuk menghadapi Cina atas praktik perdagangan yang tidak adil.
Domain digital adalah bidang sengketa lain, karena UE menghadapi teknologi besar di AS, terutama karena masalah privasi. Tetapi minggu lalu komisaris Eropa yang bertanggung jawab atas kebijakan digital memberikan nada positif pada pemerintahan Biden di masa depan.
“Kita harus bekerja menuju ruang teknologi transatlantik, berdasarkan nilai-nilai demokrasi kita, supremasi hukum dan martabat serta integritas individu,” kata Margrethe Vestager. “Karena jika kita bisa menyepakati aturan, ini kemungkinan besar akan menjadi standar global.”
Meski kemenangan pemilihan Biden disambut baik di Eropa, ada juga kehati-hatian. Menanggapi sikap pro-Amerika Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kramp-Karrenbauer, terhadap otonomi strategis Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan seharusnya ketergantungan pada AS berkurang.
“Saya pikir sangat penting bahwa Eropa kita menemukan cara dan sarana untuk memutuskan sendiri, mengandalkan dirinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain, di setiap bidang, teknologi, seperti yang saya katakan, tetapi juga kesehatan, geopolitik,” katanya kepada jurnal Le Grand Continent.
“Saya yakin satu hal: kami bukan Amerika Serikat,” kata Macron. “Nilai-nilai kami tidak persis sama… Kami memiliki pandangan dunia yang berbeda, yang terhubung dengan Afrika, Timur Tengah dan Timur Dekat, dan kami memiliki geografi yang berbeda, yang dapat berarti bahwa kepentingan kami tidak sejalan.” [South China Morning Post]