Rusia Gunakan Rudal eks-Uni Soviet untuk Timbulkan Kematian Massal
- Rusia menggunakan rudal anti-kapal induk untuk serangan darat, presisinya meragukan.
- Rudal era Soviet dibuat untuk menimbulkan kehancuran dan kematian massal.
JERNIH –– Pasukan Rusia kian mengandalkan senjata berat eks-Uni Soviet karena dapat menyebabkan kematian massal dan keruskan signifikan, dan membuat kemajuan pasukan di Ukraina timur.
Mengutip Kementerian Pertahanan Inggris, EuroNews melaporkan pembom Rusia diperkirakan meluncurkan rudal anti-kapal era 1960-an yang besar dan kuat ke Ukraina.
Rudal Kh-22, dengan jangkauan 1.000 kilometer, dirancang untuk menghancurkan kapal induk dan dapat membawa hulu ledak nuklir.
Ketika digunakan dalam serangan darat dengan hulu ledak konvensional, rudal sangat tidak akurat. Akibatnya, rudal dapat menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa.
Tidak jelas berapa banyak Kh-22 di gudang senjata Rusia. Tahun 2006, Ukraina menghaus 423 rudal yang diwarisi Uni Soviet, setelah memutuskan untuk menonaktifkan senjata itu.
Nafsu Kekaisaran
Ukraina dan Rusia telah mengeluarkan sejumlah besar persenjataan dalam perang di Donbass, wilayah timur Ukraina yang kaya batu bar dan rumah bagi banyak industri berat.
Rusia kemungkinan menggunakan rudal itu karena kekurangan senjata modern dengan presisi tinggi. Namun, Kementerian Pertahanan Inggris tidak memberi rincian rudal yang dikerahkan.
Ketika Rusia berusaha mengkonsolidasikan penguasaan atas wilayah yang direbut dalam perang 108 hari, Menhan AS Lloyd Austin mengatakan invasi Moskwa ke Ukraina adalah ketika penindas menginjak aturan yang melindungi kita semua.
“Itulah yang terjadi ketika selera kekaisaran lebih penting dari hak tetangga yang damai,” kata Lloyd Austin.
Pasukan AS diduga menggunakan penyembur api untuk menggebah warga sipil. Gubernur Luhansk juga menuduh Rusia menggunakan senjata pemabkar di sebuah desa di barat daya kota Sievierodonetsk dan Lysychansk, yang diperebutkan.
Sievierodonetsk dan Lysychansk adalah wilayah utama terakhir Luhansk yang tersisa, dan masih di bawah kendali Ukraina. Gubernur Sherhiy Haidai mengatakan Rusia menghancurkan depot kereta api, pabrik batu bara dan kaca.
Tentara Ukraina mengatakan Kremlin akan menyerang Sloviansk di Propinsi Donbass, sebagai cara menguasai seluruh wilayah Luhansk dan Donbass.