Crispy

Tim Arkeolog Internasional Temukan Kota yang Hilang di Bawah Sungai Tigris di Irak

  • Kota itu kali pertama muncul 40 tahun lalu, lalu tenggelam ketika Waduk Mosul selesai dibangun.
  • Kini, tim arkeologi internasional berbondong-bondong mempelajari kota zaman perunggu itu.

JERNIH — ‘Kota Atlantis yang Hilang’ tidak pernah ada, tapi kota hilang yang satu ini benar-benar nyata.

Sekelompok arkeolog internasional baru-baru ini menemukan kota berusia 3.400 tahun di bawah Sungai Tigris di wilayah Kurdistan, Irak.

Desa Zaman Perunggu, demikian tim ahli menyebutnya, didirikan antara 1475 sebelum Masehi (SM) dan 1275 SM, ketika Kekaisaran Mitanni memerihtah wilayah Efrat dan Tigris utara.

Kota ini muncul dari reservoir Mosuk, di Kemuni, awal tahun ini ketika kekeringan menyebabkan air Sungai Tigris mengering

Pemukiman berdinding bata lumpur di kota itu terdiri dari istana, beberapa menara, dan bangunan bertingkat, plus struktur besar lainya. Kemungkinannya adalah kota ini mewakili kota kuno Zakhiku, pusat perdagagan bertingkat di Kerajaan Mitanni.

“Magasin bangunan yang sangat besar sangat penting akrena sejumlah besar brang pasti disimpan di dalamnya. Barang-barang itu kemugkinan dibawa dari wilayah lain,” kata Dr Ivana Puljiz, dari Universitas Freiburg, dalam pernyataan yang disampaikan kepada Phys.org..

Organisasi Arkeologi Kurdistan, bersama Direktorat Purbakala dan Wasirsan Sejarah di Duhok, juga berkontribusi atas temuan ini.

Penemuan ini bukan yang pertama. Sekitar 40 tahun lalu situs ini muncul ke permukaan, tapi tidak ada arkeolog datang menyelidiki sampai kota desa tenggelam lagi ketika waduk Mosul dibangun.

Kini, desa itu muncul lagi sejak Desember 2021, ketika kekeringan memaksa penduduk mengambil air tawar dari bendungan. Kali ini kemunculan Desa Zaman Perunggu sampai ke telinga peneliti Jerman dan Kurdi.

Selama sekian pekan tim peneliti internasional memetakan kota, sebelum air danau menenggelamkannya lagi. Tidak ada upaya penggalian karena kota benar-benar berada di bawah air.

Zakhiku dihancurkan oleh gempa bumi sekitar 1350 SM. Peneliti menemukan 100 tablet paku, beberapa masih terlipat di dalam amplop tanah liat, yang dikatakan berasal dari periode setelah bencana.

Tulisan-tulisa tersebut dapat memberi informsi berharga tentang migrasi masyarakat dan berakhirnya era Mitanni. “Yang ajaib adalah tablet paku dari tanah liat tidak dibakar bertahan selama beberapa dekade di bawah air,” kata Dr Peter Pfalzner dari Tubingen.

Back to top button