Uskup Desmond Tutu Meninggal Dunia Pada Usia 90 Tahun
- Presiden Afsel Cyril Ramaphosa menyebutnya musuh apartheid tak kenal lelah.
- Desmond Tutu menggunakan mimbar untuk menggembleng opini publik akan keadilan rasial.
JERNIH — Desmond Tutu, aktivis kesamaan ras dan peraih Nobel Perdamaian, Minggu 26 Desember meninggal dunia dalam usia 90 tahun.
Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa mengumumkan kematian pensiunan Uskup Agung Anglikan Cape Town itu dengan mengatakan; “Musuh apartheid tak kenal kompromi itu telah meninggalkan kita.”
Desmond Mpilo Tutu lahir 7 Oktober 1931 di Klerksdorp, kota kecil di bata Johannesburg. Ia menjadi guru sebelum memasuki St Peter’s Theological College di Rosetenville tahun 1958 untuk melatih diri sebagai pendeta.
Tutu ditahbiskan sebagai pendeta tahun 1961, dan enam tahun kemudian menjadi imam di Universitas Fort Hare. Sempat pindah ke Lesotho, kerajaan kecil di selatan Afrika, dan kembali ke Afsel tahun 1975.
Publik mengenang Tutu sebagai pendeta yang bersuara lantang menentang apartheid. Ia menggunakan mimbar untuk menyuarakan kesamaan rasial.
Sebagai uskup kulit hitam pertama Johannesburg, dan Uskup Agung Cape Town, Tutu sering turun ke jalan untuk menggembleng opini publik melawan ketidak-adilan rasilan di dalam dan di luar negeri
Ia menjadi uskup Lesotho, ketua Dewan Gereja Afsel, dan tahun 1986 kulit hitam pertama yang menjadi uskup agung Anglikan di Cape Town.
Tutu ditangkap tahun 1980 karena ikut serta dalam protes, dan paspornya disita kali pertama. Dia mendapatkan paspor itu kembali saat akan melakukan perjalanan ke AS dan Eropa.
Kesempatan itu digunakan untuk berbicara dengan Sekjen PBB, paus, dan pemimpin gereja lainnya. Setelah apartheid tumbang, Tutu menjadi ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Ia tidak hanya melawan apartheid, tapi mengajarkan rakyat Afsel untuk berdamai dengan masa lalu.