Varian Lambda: Menyebar di 28 Negara, Belum Dianggap Bahaya
- Semula disebut Varian Andes, karena mewabah di Cile — negara di Pegunungan Andes.
- Tiba di AS, tapi kalah populer oleh Varian Delta.
- Bikin vaksin tak efektif, tapi belum dianggap menakutkan.
JERNIH — Sejak pandemi, SARS-CoV-2 — virus yang menyebabkan Covid-19 — bermutasi beberapa kali, menghasilkan varian lebih menular dan mematikan dibanding yang lain.
Sejauh ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasi empat varian mengkhawatirkan; Alfa, Beta, Gamma, dan Delta. Empat lainnya; Eta, Iota, Kappa, dan Lambda, masuk kategori varian harus diperhatikan.
Dalam beberapa pekan terakhir, varian Lambda menyebar sedemikian cepat, terhitung sejak kali pertama terdeteksi di Peru dan menyita perhatian sejumlah pakar.
Lambda saat ini varian dominan di negara Pegunungan Andes, dengan tingkat kematian per kapita tertinggi di dunia. Varian juga telah menyebar ke 28 negara, termasuk Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Inggris.
Varian Andes
Ketika kali pertama diidentifikasi Desember 2020 di Peru, hasil mutasi virus korona ini disebut varian Andes. Maklum, Peru adalah negara di Pegunungan Andes.
Asal pasti varian Lambda, atau varian Andes, masih belum jelas. Namun ilmuwan mengatakan varian muncul kali pertama di Amerika Selatan.
Menurut Institut Kesehatan Peru, dalam tiga bulan terakhir varian Lambda berkembang dan mendominasi kasus infeksi di negara itu sampai 80 persen.
“Ketika kami menemukannya, varian ini tidak menarik banyak perhatian,” kata Pablo Tsukayama, dokter di mikrobiologi molekuler Universitas Cayetano Heredia di Lima, dan salah satu yang mendokumentasikan kemuncuran Lambda.
“Tetapi kami terus memproses sampel, dan Maret lalu sudah ada di 50 persen sampel di Lima,” lanjutnya. “April 2021, ada 80 persen sampel di seluruh Peru.”
Lonjakan dari satu menjadi 50 persen merupakan indikator awal varian lebih menular.
Menurut Tsukayama, varian Lambda semula tidak menimbulkan kekhawatiran karena strain baru biasa ditemukan di tempat-tempat dengan tingkat infeksi tinggi.
Menurut laporan Layanan Penelitian Kongres AS pada 24 Juni, Amerika Latin dan Karibia — rumah bagi delapan persen populasi dunia — memiliki 20 persen dari kasus Covid-19 global.
“Mei lalu, Cile dan Peru meminta WHO mempertimbangkan varian Lambda masuk ke dalam daftar yang harus diperhatikan,” kata Tsukayama. “Juni lalu, WHO menerima dan melabeli Lambda.”
Penyebaran dan Karakteristik
Menurut Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), varian Lambda telah menyebar ke 28 negara, termasuk Brasil, Spanyol, Belanda, Aruba, Belgia, Prancis, Spanyol, dan AS.
Penelitian terbaru tentang Lambda mencatat beberapa mutasi pada protein lonjakan, bagian dari virus yang melakukan kontak dengan sel manusia, mengikatnya dan menginfeksinya.
Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York, yang meneliti varian Lambda juli lalu, memperlihatkan mutasi pada protein lonjakan menjadi alasan peningkatan penularan dan bisa memberi pengurangan perlindungan vaksin.
Ricardo Soto-Rifo, ahli virus Institut Ilmu Biomedis Universitas Cile, mengatakan salahs atu mutasi berlabel L452Q mirip dengan mutasi yang ditunjukan pada varian Delta, yang diyakini berkontribusi pada tingkat infeksi tinggi.
Namun Soto-Rifo mengingatkan efek mutasi sebenarnya masih belum jelas.
“Kami belum dapat mengatakan apa dampak sebenarnya dari mutasi ini, dan ini menempatkan kami pada posisi kurang menguntungkan,”katanya. “Kami tidak memiliki semua sumber daya untuk melakukan penelitian yang diperlukan.”
Vakasin Efektif Melawan Lambda?
Bersama tim ilmuwan, Soto-Rifo melakukan studi pendahuluan — yang belum ditinjau rekan sejawat — untuk menilai efek vaksin CoronaVac yang dikembangkan Cina pada strain Lambda. Hasil penelitian menunjukan Lambda mampu menetralkan antibodi yang dihasilkan vaksin.
Soto-Rifo mengatakan kemanjuran vaksin tidak hanya dapat diukur dengan respon imunisasi, tapi juga oleh respon sel T yang merangsang produksi antibodi dan membantu memerangi sel terinfeksi virus.
“Hasil ini diharapkan,” kata Soto-Rifo. “Virus sudah berubah dan membuat vaksin tidak seefisien saat melawan virus asli.Namun bukan berarti vaksin tidak berfungsi lagi.”
Faktanya, masih menurut Soto-Rifo, kita tahu CoronaVac masih memiliki persentasi perlindungan yang baik terhada virus.
Haruskah Kita Khawatir
“Belum,” kata Dr Roselyn Lemus-Martin, pemegang gelar PhD biologi molekuler dan sel dari Universitas Oxford .
Pada awalnya, masih menurut Lemus-Martin, semua khawatir.”Kami pikir karakteristiknya bisa menjadi lebih menular dari varian Delta,” lanjut Lemus-Martin.
Lambda telah masuk ke AS, tapi varian Delta yang lebih mendominasi. Lambda juga tidak menyebar secepat varian lain.
Namun Tsukayama mengatakan kapasitas penelitian Peru untuk mengukur efek Lambda terbatas, yang membuat para ahli sulit mengevaluasi penyebarannya.
“Gamma muncul di Brasil dan berkembang di seluruh wilayah itu, tapi masih dianggap sebagai varian yang harus diperhatikan,” kata Tsukayama.
Ia juga mengatakan; “Yang belum kami miliki adalah bukti yang sama seperti di Brasil. Di kaawsan ini, Brasil memimpin dalam kapasitas penelitian.”