Desportare

Real Madrid, Mitos Remontada, dan Spirit Juanito

Madrid — Manchester City mempecundangi Real Madrid 2-1 di Santiago Bernabeu dalam laga leg pertama 16 besar Liga Champions. Apakah Real Madrid mampu bangkit, membalikan keadaan di leg kedua, dan lolos ke perempat final?

Pep Guardiola, pelatih Manchester City, mengatakan; “Jika ada tim yang selalu bisa membalikan keadaan, itu adalah Real Madrid.”

Casemiro, pelaih Real Madrid, juga mengatakan hal serupa. Senada dengan Guardiola dan Casemiro, Jorge Valdano — mantan pemain dan manajer Real Madrid — menyuarakan hal sama.

Valdano adalah, saat masih menjadi pemain, yang membangun remontada — bangkit lewat pertandingan dramatis di pertandingan kedua. Di kalangan pemain Real Madrid, remontada bukan sekedar mitos, tapi sistem kepercayaan.

Landasan remontada adalah roh Juanito, penyerang yang meninggal dalam kecelakaan mobil tahun 1992. Juanito yang kali pertama memperingatkan lawan untuk tidak bergembira setelah kemenangan leg pertama.

Tahun 1986, Real Madrid dikalahkan Inter Milan 1-3 di San Siro pada leg pertama Piala Champions. Usai laga, Juanito mengatakan; “Sembilan puluh menit di Santiago Bernabeu akan menjadi sangat panjang dan melelahkan.”

Di leg kedua di Santiago Bernabeu, Real Madrid mengalahkan Inter Milan 4-1. Ketika Los Blancos — julukan abadi Real Madrid — memenangkan tiga gelar Liga Champions berturutan, mereka juga melakukan hal yang sama.

Sejenak kembali ke belakang, Real Madrid selalu bisa melakukan kembangkitan dramatis. Real Madrid kalah tandang 0-3 di Anderlecht, dan menang 6-0 di kandang. Kalah 1-5 atas Borussia Moenchengladbach di tandang, menang 4-0 di kandang.

Menurut Valdano, Real Madrid selalu bisa melakukan kebangkitan di Santiago Bernabeu karena satu hal, yaitu lawan mengidap demam panggung. “Kami menyebutnya ‘kode merah’,” kata Valdano.

Kode Merah mengacu pada suasana Santiago Bernabeu yang berisik, berisi penonton yang meneror pemain tim lawan.

Michel, mantan gelandang Real Madrid, mengatakan suasana Santiago Bernabeu membuat mental lawan jatuh pada titik terendah. “Itulah yang membuat kami mampu membuat drama sejarah,” kata Michel.

“Kami selalu bisa memenangkan laga di menit-menit menentukan, sebab kami adalah Hulk mini,” lanjutnya.

Namun, Real Madrid juga sadar keyakinan dan kenyataan tidak selalu sama, dan sejarah tak selalu berulang. Mereka pernah 14 kali bangkit di laga leg kedua, tapi tidak pada semifinal Liga Champions 2013.

Real Madrid kalah 1-4 di kandang lawan, tapi mitos remontada gugur dan roh Juanito tidak hadir di leg kedua yang membuat Los Blancos hanya menang dua gol tanpa balas.

Perlu diketahui remontada hanya berlaku di Santiago Bernabeu, dan roh Juanito tak terbukti mengikuti perjalanan Los Blancos ke luar dari ibu kota Spanyol. Tidak ada catatan sejarah Real Madrid bangkit di kandang lawan di saat kritis.

Kalau pun ada, itu terjadi jauh sebelum kemunculan remontada dan ron Juanito. Tahun 1970, Real Madrid kalah kandang di leg pertama dan mengalahkan FC Wacker dalam laga tang leg kedu Piala Winners.

Selama 40 tahun berikutnya, tidak ada yang menulis ulang sejarah itu.

Back to top button