Intelijen Rusia Dituding Gunakan Situs Abal-abal Sebar Hoaks Vaksin
- Intelijen Rusia dilaporkan menggunakan situs berita palsu untuk menyebarkan informasi yang salah tentang vaksin virus corona
- Media pemerintah Rusia juga telah bekerja untuk meningkatkan citra vaksin Sputnik V.
JERNIH – Empat publikasi online yang terkait dengan badan intelijen Rusia telah menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan tentang vaksin virus corona demikian dilaporkan The Wall Street Journal (WSJ).
Laporan itu mengutip keterangan seorang pejabat di Pusat Keterlibatan Global Departemen Luar Negeri AS. Situs-situs tersebut, yang diidentifikasi sebagai New Eastern Outlook, Oriental Review, News Front, dan Rebel Inside, telah menekankan efek samping dari vaksin virus corona Pfizer serta vaksin perusahaan farmasi barat lainnya. Hal ini memicu kekhawatiran tentang apakah vaksin itu efektif atau terlalu terburu-buru melalui proses persetujuan AS, kata WSJ.
Situs tersebut tidak memiliki banyak pembaca, tetapi para pejabat mengatakan bahwa cerita palsu mereka sering diambil dan disebarkan oleh media internasional. Mereka biasanya berfokus pada laporan berita yang sebenarnya tentang efek samping yang jarang dari vaksin, tetapi gagal memberikan konteks akurat yang menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman bagi kebanyakan orang.
“Badan intelijen Rusia memikul tanggung jawab langsung untuk menggunakan empat platform ini untuk menyebarkan propaganda dan kebohongan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada WSJ.
Selain kampanye untuk mendiskreditkan vaksin Barat, media pemerintah Rusia dan akun Twitter yang terhubung dengan pemerintah Rusia juga mencoba untuk meningkatkan profil vaksin Sputnik V Rusia.
Seorang juru bicara Kremlin membantah tuduhan tersebut kepada WSJ.
Rusia mengumumkan pada November bahwa vaksin Sputnik V memiliki kemanjuran 90 persen, tetapi para kritikus mengatakan uji klinis vaksin pada pasien terlalu kecil. Namun, jurnal medis Inggris The Lancet bulan lalu melaporkan bahwa pengujian skala besar telah menemukan Sputnik V aman, dan memiliki tingkat kemanjuran 91 persen. Menurut Associated Press, hingga akhir Februari hanya 4 juta orang di Rusia atau sekitar 3 persen dari populasi yang telah divaksinasi. [*]