Dum Sumus

Nokia Disuntik Modal  1 Miliar Dolar oleh NVIDIA

Investasi USD 1 miliar dari NVIDIA ke Nokia adalah langkah strategis yang berpotensi mendefinisikan ulang lanskap telekomunikasi global. Nokia memperoleh modal dan teknologi untuk mempercepat transisi ke jaringan cerdas berbasis AI, sementara NVIDIA memperluas pengaruhnya ke infrastruktur jaringan dan edge computing — dua bidang yang akan menopang ekonomi digital masa depan.

JERNIH – Dunia telekomunikasi global dikejutkan dengan pengumuman besar: Nokia Corporation, raksasa jaringan asal Finlandia, resmi menerima suntikan modal sebesar  1 miliar dolar (sekitar Rp 16,4 triliun) dari NVIDIA Corporation, perusahaan semikonduktor dan komputasi AI terbesar di dunia. Investasi ini bukan hanya transaksi finansial biasa, melainkan juga awal dari kemitraan strategis yang akan membentuk masa depan jaringan seluler berbasis kecerdasan buatan (AI), menuju era 6G.

Transformasi Nokia: Dari Handset ke Infrastruktur Cerdas

Selama dua dekade terakhir, Nokia telah meninggalkan bisnis ponsel dan berfokus menjadi penyedia infrastruktur jaringan global. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kinerja sektor jaringan seluler perusahaan mengalami tekanan akibat menurunnya belanja modal operator dan ketatnya persaingan dari Ericsson serta Huawei.

Untuk bertahan dan berkembang, Nokia mengalihkan fokusnya ke solusi jaringan berbasis AI, cloud, dan data centre. Strategi inilah yang menjadi latar belakang masuknya NVIDIA — sebuah langkah yang disebut banyak analis sebagai “transformasi generasi kedua” bagi Nokia.

Berdasarkan pengumuman resmi Nokia, NVIDIA akan menanamkan 1 miliar dolar dengan membeli 166.389.351 saham baru Nokia seharga 6,01 dolar per saham. Setelah transaksi selesai, NVIDIA akan memegang sekitar 2,9% saham Nokia.

Penerbitan saham baru ini dilakukan secara langsung (directed share issuance), dengan seluruh hasil investasi digunakan untuk memperkuat posisi Nokia di bidang AI, cloud, dan jaringan 6G.

Selain itu, kedua perusahaan menandatangani kemitraan strategis jangka panjang yang mencakup integrasi teknologi GPU dan akselerasi komputasi NVIDIA ke dalam portofolio Radio Access Network (RAN) milik Nokia. Tujuannya untuk menciptakan sistem jaringan AI-native RAN, yaitu jaringan yang mampu mengoptimalkan performa dan efisiensi energi menggunakan kecerdasan buatan secara real time.

Fokus Kolaborasi: Menuju Jaringan 6G Berbasis AI

Melalui kolaborasi ini, Nokia dan NVIDIA akan bekerja sama mengembangkan arsitektur jaringan untuk evolusi 5G Advanced menuju 6G, yang dirancang untuk mendukung aplikasi masa depan seperti kendaraan otonom, metaverse, dan industri berbasis AI.

Dalam rencana awal, uji coba lapangan bersama operator seperti T-Mobile US disebut akan dimulai pada tahun 2026, dengan penerapan komersial penuh menyusul pada akhir dekade ini.

NVIDIA akan menyediakan teknologi akselerasi komputasi melalui GPU dan AI platform, sedangkan Nokia akan mengintegrasikannya ke dalam sistem perangkat keras dan perangkat lunak RAN-nya. Hasil akhirnya diharapkan menjadi jaringan telekomunikasi yang lebih efisien, adaptif, dan mampu memproses data AI di edge — bukan hanya di pusat data.

Sinergi ini menjadi penting bagi perubahan arah Nokia.  Suntikan modal dan kemitraan teknologi ini mempertegas ambisi Nokia untuk bertransformasi dari vendor jaringan menjadi pemain infrastruktur AI yang melayani masa depan komputasi terdistribusi.

Di sisi lain NVIDIA mendapatkan pijakan kuat di industri telekomunikasi melalui kerja sama ini, sementara Nokia memperoleh akses langsung ke ekosistem AI terdepan dunia.

Teknologi telekomunikasi yang bertahan di 5G, dengan adanya kolaborasi ini dapat mempercepat pengembangan 6G, menjadikan jaringan generasi berikutnya lebih cerdas, hemat energi, dan responsif.

Diam-diam, setelah pengumuman resmi, harga saham Nokia sempat melonjak dua digit di bursa Eropa. Para investor menilai kerja sama ini dapat mengubah arah bisnis Nokia dalam jangka panjang.

Namun kolaborasi ini juga mesti berhati-hati. Meski potensinya besar, langkah ini bukan tanpa risiko. Ingat, saham NVIDIA hanya 2,9% saham, artinya tidak memiliki kendali langsung terhadap strategi Nokia.

Pasar RAN memang sangat menantang. Sudah banyak operator menggunakan teknologi ini, termasuk di Indonesia karena efisien. Namun persaingan ketat dan margin tipis di industri telekomunikasi bisa membatasi hasil finansial jangka pendek.

Di samping itu juga mesti lebih bersabar. Walaupun ekspektasi tinggi terhadap 6G, namun teknologi ini masih dalam tahap riset; manfaat komersial signifikan mungkin baru terasa setelah 2027.(*)

BACA JUGA: CEO Nvidia Jensen Huang: Karyawan Jangan Dipecat, Lebih Baik ‘Disiksa’ Sampai Berhasil

Back to top button