Pandemi Picu KDRT di India Hingga Berujung Bunuh Diri
Sayangnya, situasi tersebut menghilang begitu saja saat pandemi melanda di mana-mana termasuk India. Pemberlakuan karantina wilayah, telah memperburuk dan menyempitkan keleluasaan para ibu. Soalnya, para suami juga diwajibkan berada di dalam rumah yang akhirnya memicu stres.
JERNIH-Pemerintah India mencatatkan, setidaknya ada 22.372 ribu kasus bunuh diri yang dilakukan ibu rumah tangga di tahun 2020 lalu. Ini artinya, ada 25 kasus tiap hari atau satu tiap 25 menit. Padahal menurut ahli kejiwaan, perempuan termasuk individu tangguh.
Ketangguhan tersebut tentu ada batasnya. Dan inilah yang terjadi di India. Batas tersebut selalu saja dilanggar.
Bayangkan, setelah pendidikan, cita-cita dan ambisi kaum perempuan kebanyakan di India dikebiri dengan cara dinikahkan di usia 18 tahun, ketika mengarungi bahtera rumah tangga, menurut survey yang dilakukan pemerintah setempat seperti dilansir BBC, 30 persen di antaranya kerap kali mengalami kekerasan yang dilakukan pasangannya.
Psikiater Soumitra Pathare menyebutkan, banyak kasus bunuh diri di India yang impulsif. Suami pulang, lalu mulai memukuli istrinya dan segera terjadi aksi mengakhiri hidup.
Sayangnya, Biro Catatan Kejahatan Nasional India tak memasukkan tindak kekerasan tersebut sebagai pemicu bunuh diri ke dalam catatannya.
Chaitali Sinha, seorang psikolog di aplikasi kesehatan mental Wysa yang berbasis di Bangalore, India, menyebutkan, banyak perempuan menghadapi situasi kekeraasan dalam rumah tangga, namun mampu mempertahankan kewarasan sebab ada dukungan informal yang diterima.
Banyak informasi yang berhasil dikumpulkan Chaitali. Salah satunya adalah, perempuan sering membentuk kelompok kecil yang saling mendukung saat bebepergian dengan kereta api lokal atau dengan tetangga saat belanja sayur.
Mereka, menurut Chaitali, tidak punya cara lain dalam mengekspresikan diri. Bahkan kewarasan, seringkali bergantung pada percakapan yang bisa dilakukan hanya dengan satu orang. Artinya, para ibu hanya merasa aman dan memiliki keleluasaan ketika suami pergi bekerja.
Sayangnya, situasi tersebut menghilang begitu saja saat pandemi melanda di mana-mana termasuk India. Pemberlakuan karantina wilayah, telah memperburuk dan menyempitkan keleluasaan para ibu. Soalnya, para suami juga diwajibkan berada di dalam rumah yang akhirnya memicu stres.
Hampir bisa dipastikan apa yang terjadi selanjutnya. Aksi kekerasan kembali terjadi. Para ibu terjebak di dalam rumah bersama penganiaya sepanjang waktu. Akibatnya, mau tak mau, India pun mencatatkan angka bunuh diri paling tinggi ketimbang negara-negara lain.
Seperempat angka kasus bunuh diri laki-laki di seluruh dunia, ditorehkan di India. Sementara 36 persen kasus secara global pada rentang usia 15 hingga 39 tahun yang dilakukan perempuan, ada di negara tersebut.[]