POTPOURRIVeritas

Fosil ‘Mini Hobbit’ yang Ditemukan di Flores, Hidup 700 Ribu Tahun Lalu

Beberapa teori menunjukkan bahwa Homo floresiensis bisa saja menyusut dari Homo erectus, spesies manusia yang lebih tinggi dan lebih primitif yang hidup di wilayah tersebut, atau mungkin berasal dari leluhur manusia yang lebih primitif lagi.

JERNIH–Dua dekade lalu, para ilmuwan menemukan fosil spesies manusia purba yang dikenal sebagai “hobbit” di Pulau Flores. Spesies ini memiliki tinggi sekitar 3,5 kaki (1,07 meter), mendapatkan julukan tersebut karena postur tubuhnya yang kecil. Kini, penelitian terbaru menunjukkan bahwa nenek moyang “hobbit” mungkin lebih pendek lagi.

Penelitian yang diterbitkan dalam “Nature Communications” itu mengungkap bahwa fosil yang ditemukan di situs Mata Menge, sekitar 72 kilometer dari lokasi penemuan pertama, menunjukkan adanya manusia purba yang lebih kecil. Analisis dari potongan tulang lengan dan gigi mengindikasikan bahwa nenek moyang spesies ini sekitar 6 cm lebih pendek dibandingkan hobbit yang ditemukan sebelumnya. Temuan ini memperkirakan bahwa mereka hidup sekitar 700.000 tahun lalu.

“Kami tidak menyangka akan menemukan individu yang lebih kecil dari situs yang sangat tua,” ujar Yousuke Kaifu, penulis studi dari Universitas Tokyo. Sementara itu, Dean Falk, ahli antropologi evolusi dari Universitas Negeri Florida yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa bukti ini secara meyakinkan menunjukkan bahwa fosil yang ditemukan adalah individu yang sangat kecil.

Asal-Usul dan Evolusi “Hobbit”
Penemuan Homo floresiensis, yang disebut “hobbit,” telah menjadi topik perdebatan di kalangan ilmuwan sejak penemuan pertama pada 2004. Fosil asli diperkirakan berusia antara 60.000 dan 100.000 tahun. Para peneliti terus memperdebatkan bagaimana spesies ini berevolusi menjadi sangat kecil dan bagaimana mereka cocok dalam sejarah evolusi manusia. Beberapa teori menunjukkan bahwa Homo floresiensis bisa saja menyusut dari Homo erectus, spesies manusia yang lebih tinggi dan lebih primitif yang hidup di wilayah tersebut, atau mungkin berasal dari leluhur manusia yang lebih primitif lagi.

Matt Tocheri, antropolog dari Universitas Lakehead di Kanada, mengatakan bahwa asal-usul Homo floresiensis masih menjadi misteri yang belum terpecahkan dan akan terus menjadi fokus penelitian. Dia menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian dan fosil untuk mengungkap asal-usul pasti spesies ini.

Temuan ini memberikan wawasan baru tentang adaptasi manusia purba di lingkungan yang terbatas. Fenomena “dwarfisme insular,” di mana spesies mengalami penyusutan ukuran tubuh karena keterbatasan sumber daya di pulau-pulau kecil, mungkin menjelaskan ukuran Homo floresiensis yang lebih kecil. Fenomena serupa telah terlihat pada mamalia lain yang hidup di pulau-pulau kecil di seluruh dunia.

Penemuan fosil ini juga menyoroti pentingnya kawasan seperti Pulau Flores sebagai situs yang signifikan untuk studi evolusi manusia. Para peneliti berharap penemuan lebih lanjut akan membantu menjawab pertanyaan tentang sejarah dan evolusi manusia purba di wilayah Indonesia. [AP]

Back to top button