POTPOURRI

Hari Ini Pada 1174 Shalahuddin Al Ayyubi Menaklukan Damaskus

JAKARTA—Seorang pemimpin besar bisa dipastikan memiliki titik krusial dalam sejarah kepemimpinannya. Titik krusial Shalahuddin Al-Ayyubi adalah 23 November 1174.

Setelah sekian tahun dalam kegamangan untuk benar-benar menghadapi Nurruddin, penguasa Syria yang memusuhinya, Shalahuddin—pimpinan klan Ayyubiyah dan penguasa Mesir saat itu, memutuskan untuk masuk dan menaklukkan Damaskus, ibukota Syria. Ia memilih menaklukan Syiria, menggabungkan kekuatan kerajaan Muslim di sana dengan klan Ayyubiyah, untuk kemudian menghadapi tentara Salib yang tengah mengancam Mesir dan dunia Islam lainnya di Timur Tengah.

Sejak bertahun sebelumnya Nurruddin telah menghimpun kekuatan yang ia miliki, menggabungkan bala tentaranya dari Mosul, Diyar Bakr dan Jazira dalam persiapan menyerang Shalahuddin. Shalahuddin yang mendengar hal itu segera mengumpulkan pasukannya di luar Kairo, siap menghadapi pasukan Nurruddin.

Untunglah, pada 15 Mei 1174 Nurruddin jatuh sakit hingga meninggal. Kekuasaan kemudian diserahkan kepada putranya yang baru berumur 11 tahun, Salih Ismail al-Malik. Namun baru berbulan kemudian Shalahuddin menegaskan sikapnya untuk menyerang Syria, menaklukan kekuatan Islam yang ada di sana untuk menghadapi ancaman Pasukan Salib yang mulai mengurung Mesir dan berbagai wilayah Timur Tengah lainnnya.

Dari situlah Shalahuddin kian memperkuat kedudukan pasukannya. Kini dirinya lebih siap melawan penyerbuan Pasukan Salib dari Kerajaan Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Di bawah pimpinannya pula, kemudian Jerusalem bisa direbut dari Pasukan salib dengan pertumpahan darah yang relatif bisa diminimalisasi. Sutradara Ridley Scott dengan cerdas menuangkan segala intrik yang terjadi di dalam Pasukan Salib itu dalam ‘Kingdom of Heaven’. Selama kekuasaan Shalahuddin, Jerusalem yang merupakan kota suci tiga agama, relatif aman untuk dikunjungi umat Islam, umat Kristen serta penganut agama Yahudi.

Lahir sebagai Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi pada 4 Maret 1137 di Benteng Tikrit, ayah Shalahuddin Al-Ayyubi  adalah Najmuddin Ayyub. Bersama adiknya Asaduddin Syirkuh, Najmuddin meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke Tikrit jauh sebelum Shalahuddin lahir. Belakangan, kehebatan Najmuddin membuatnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.

Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikan di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).

Salahuddin tak hanya terkenal di dunia Muslim. Namanya juga harum di dunia Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun. Kisahnya mempertaruhkan nyawa dengan sendirian mendatangi markas Pasukan Salib untuk menyembuhkan Raja Richard Hati Singa, diteruskan dari zaman ke zaman, hingga sampai kepada kita hari ini. [ ]

Back to top button