Konflik Klasik India versus Cina yang Dikalahkan Cuaca
Konflik di perbatasan Himalaya antara India dan Cina dipicu oleh Perang Sino-India tahun 1962. Perang tersebut disebabkan sengketa perbatasan Himalaya sepanjang 3.225 kilometre (2.000 mil) di Ladakh dan melintasi Garis McMahon. Perang Sino-India adalah perang pertama antara India dan Cina.
Selain soal sengketa perbatasan, perang tersebut juga dipicu oleh pemberontakan Tibet tahun 1959. Saat itu India memberi suaka kepada Dalai Lama dan tahun 1960 memprakarsai Kebijakan Maju (Forward Policy) untuk menyelesaikan sengketa teritori dengan menekankan kontrol pengamanan wilayah melalui invasi militer.
Forward Policy dilakukan untuk menghalangi patroli dan logistik militer Cina yang telah membangun pos-pos terdepan di sepanjang perbatasan Himalaya dan di utara Garis McMahon. Cina menganggap India menguasai sepihak Garis McMahon.
Garis McMahon adalah garis demarkasi antara Tibet dan wilayah timur laut India yang diusulkan oleh administrator kolonial Inggris Sir Henry McMahon pada Konvensi Simla 1914.
Garis tersebut ditandatangani antara perwakilan Inggris dan Tibet, dan kini menjadi batas efektif antara Cina dan India. Namun status hukum Garis McMahon selalu dipersoalkan oleh Cina.
China dan India memang harus berbagi perbatasan yang panjang yang terbagi dalam tiga wilayah, yaitu Nepal, Sikkim (yang saat itu merupakan daerah perlindungan India) dan Bhutan. Wilayah perbatasan Bhutan di Himalaya berada di antara Burma dan Pakistan Barat.
Sejumlah daerah yang disengketakan India dan Cina berada di sepanjang perbatasan itu. Di ujung baratnya adalah wilayah Aksai Chin yang berada antara daerah otonom Xinjiang dan Tibet. Di perbatasan timur antara Burma dan Bhutan, yaitu negara bagian Arunachal Pradesh, India.
Perselisihan India dan Cina mencuat untuk memprebutkan kedaulatan wilayah perbatasan Aksai Chin dan Arunachal Pradesh yang terpisah jauh. Aksai Chin diklaim oleh India sebagai milik Kashmir sedangkan Cina mengklaim sebagai bagian dari Xinjiang.
Bagi Cina kawasan tersebut merupakan jalur penting yang menghubungkan wilayah Cina di Tibet dan Xinjiang. Oleh karena itu Cina mencoba membangun konstruksi jalan yang kemudian menjadi salah satu pemicu konflik.
Steven A Hoffman dalam India and the China Crisis (1990) menulis bahwa pada tahun 1959, Perdana Menteri Cina Zhou Enlai telah mengumumkan bahwa pos-pos militer Militer Cina telah ditempatkan sepanjang perbatasan utara Garis McMahon dan bagian timur perbatasan Himalaya.
Antara 1960-1962 India dan Cina telah mencoba menyelesaikan persoalan perbatasan dengan diplomatik. Pada 30 April 1962 di Ladakh terjadi kesepakatan soal Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control /LAC) sebagai garis demarkasi yang memisahkan wilayah yang dikuasai India dan wilayah Cina.
Dalam pengertian luas LAC adalah perbatasan efektif antara India dan Cina. Namun upaya diplomasi itu tidak berhasil karena India menolak usulan Cina menyangkut Aksai Chin dan Arunachal Pradesh . Akhirnya resolusi damai yang disepakati tanggal 20 oktober 1962 diabaikan Cina.
Militer Cina mulai melakukan patroli maju yang sebelumnya telah dilarang dalamn kesepakatan LAC di Ladakh. Cina mulai menginvasi beberapa wilayah yang disengketakan di perbatasan di Ladakh dan melintasi Garis McMahon.
Militer Cina bergerak melalui Rezang La yaitu jalur gunung tenggara Himalaya ke Lembah Chushul yang berada di wilayah Ladakh di India. Jalur Rezang memiliki panjangnya 3.000 meter dan lebar 2.000 meter dengan tinggi rata-rata 16.000 kaki.
Pada 18 November 1962 terjadi pertrempuran yang mengakibatkan kematian 114 tentara India yang dipimpin Mayor Shaitan Singh . Pihak India juga mengklaim 1.300 tentara Cina tewas dalam pertempuran itu.
Militer Cina kemudian menyerang daerah Tawang yang berbatasan dengan Tiongkok di utara di Jalur McMahon untuk menguasai Arunachal Pradesh yang masuk otonomi Tibet. Arunachal Pradesh dan wilayah Aksai Chin akhirnya diklaim sebagai kota milik Cina pada tahun 1962.
Sebagian besar pertempuran itu terjadi dalam kondisi gunung yang keras, di ketinggian lebih dari 4.000 meter. Wilayah Aksai Chin misalnya berada di ketinggian 5.000 meter di atas permukaan laut dan Arunachal Pradesh adalah daerah bergunung-gunung, sejumlah puncaknya memiliki tinggi lebih dari 7.000 meter.
Militer Tiongkok menguasai salah satu puncak tertinggi di daerah tersebut. Namun karena faktor ketinggian dan suhu yang ekstrim menyebabkan kesulitan logistik. Banyak tentara Cina yang menjadi korban karena kondisi alam ketimbang oleh serangan musuh.
Pada 20 November 1962, perang berakhir ketika Cina mengumumkan gencatan senjata dan menarik militernya kembali ke LAC. Selain itu masing-masing pihak kurang didukung oleh angkatan laut dan udara karena kondisi medan Himalaya yang ekstrim.
Ketika perang Sino-India memanas, Moskow melakukan upaya untuk mendukung India, terutama dengan penjualan pesawat tempur MiG canggih karena saat itu Amerika Serikat dan Inggris menolak untuk menjual persenjataan ke India.
Setelah perang berakhir, kedua belah pihak tetap bertahan di garis LAC. Namun ketegangan tetap terjadi dan sejumlah bentrokan kecil pecah. Walau demikian tidak memicu pertempuran besar-besaran.
Konflik militer antara Cina-India selalu diwarnai dengan banyaknya pasukan yang dikonsentrasikan di perbatasan, namun masing-masing pihak pada akhirnya selalu menyerah pada suhu dingin yang membeku.