Melindungi Warga yang Tertindas, Siapa Pun Dia
“Dalam doa itu saya hanya mengucapkan,”Wahai Tuhan, sungguh Engkau Mahabijaksana dan Yang Maha memiliki kebijaksaan. Hamba tidak sabar lagi menanti kebijaksanaan dari-MU..”
JERNIH—Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur dini hari itu gelisah segera ia terbangun dari tidurnya. Sebuah mimpi menyeretnya dari kenikmatan tidur, membangunkannya pada dini hari itu.
Khalifah ke-2 dinasti Abassiyah itu pun memutuskan bahwa esok, pagi-pagi, ia akan memanggil Abu Fadhl Al-Rabi bin Yunus, seorang menteri utama (selepas Yahya bin Barmak dan Abu Ayyub Al-Muriyani), untuk berbagi keresahan.
Kerika pagi mulai beranjak dan menteri utama telah menghadap diiringi orang yang diminta Khalifah membawanya, Abu Ja’far Al-Manshur segera menuturkan mimpinya.
“Al Rabi! Datanglah lewat pintu kedua kedua di sebelah Pintu Syam Kota Bagdad Darussalam ini. Di sana engkau akan bertemu dengan seorang pria Majusi (kaum penyembah api) yang sedang bersandar di pintu besi. Bawalah pria itu ke sini!” kata Khalifah, mengulang mimpi yang membangunkannya semalam.
Sang menteri utama pun segera menuju tempat yang ditunjukkan Abu Ja’far Al-Manshur berdasarkan mimpi Khalifah itu. Ketika tiba di tempat itu, ternyata pria yang ada dalam mimpi itu benar-benar ada. Akhirnya Al-Rabi pun membawa pria Majusi itu ke istana, menghadap Khalifah.
Ketika Abu Ja’far Al-Manshur melihat pria tersebut, dia pun berucap,”Ya Allah, benar, ini orangnya!”
Khalifah pun bercerita kepada pria itu perihal mimpinya. Usai bercerita, pendiri kota Bagdad Darussalam itu bertanya,”Kezaliman apa sejatinya yang sedang kau alami?”
Pria Majusi itu kemudian menuturkan bahwa ia sedang menghadapi sebuah persoalan berat dengan seorang pejabat. Dia mengemukakan bahwa kebunnya yang bersebelahan dengan kebun milik salah seorang pejabat hendak dibeli oleh pejabat tersebut. Dia menolak lantaran kebun itu merupakan sumbet mata pencarian satu-satunya untuk menafkahi keluarganya. Bukannya menerima dengan lapang dada, pejabat tersebut justru merampas kebun Pria Majusi itu.
Abu Ja’far Al-Manshur terkejut begitu mendengar penuturan Si Pria Majusi. Dia merasa bersalah karena membiarkan pejabat yang dia angkat berbuat sewenang-wenang kepada warga biasa. Beberapa saat kemudian dia bertanya,”Dalam mimpi itu saya melihatmu sedang berdoa. Doa apa yang kau ucapkan sebelum utusanku datang menemuimu?”
“Amirul Mukminin,” kata Si Majusi. “Dalam doa itu saya hanya mengucapkan,”Wahai Tuhan, sungguh Engkau Mahabijaksana dan Yang Maha memiliki kebijaksaan. Hamba tidak sabar lagi menanti kebijaksanaan dari-MU..”
Mendengar jawaban Pria Majusi itu Abu Ja’far Al-Manshur segera memberikan perintah kepada menteri utama,” Berilah pejabat itu pelajaran dengan baik! Ambillah kebun orang ini dari tangannya dan kembalikan kepadanya. Belilah kebun pejabat itu dan serahkan kepada orang ini!”
Abu Al-Fadhl Al-Rabi bin Yunus kemudian melaksanakan seluruh perintah Khalifah, sementara Pria Majusi itu keluar istana dengan perasaan penuh suka cita. [ ]
Dari “Islamic Golden Stories; Tanggung Jawab Pemimpin Muslim”, oleh Ahmad Rofi’ Usmani, Penerbit Al-Bunyan, 2016, dengan sedikit perubahan.