Solilokui

Pancasila Payung Ideologi

Oleh: Radhar Tribaskoro*

Pancasila itu nilai-nilai dasar, banyak orang bisa menerimanya. Pancasila sebagai filsafat maupun sebagai ideologi tidak pernah dideliberasi secara ilmiah. (Sedikitnya, saya tidak pernah baca. Yang pernah saya baca tidak berkesan alias tidak bernilai). Padahal suatu (sistem) ide tidak bisa disebut ideologi kalau tidak bisa dideliberasi secara ilmiah.

Contoh deliberasi ilmiah: sudah seberapa Pancasila-kah kita? Bagaimana Anda menjawab pertanyaan ini? Apabila yang ditanyakan adalah seberapa sosialis/liberal/relijius, jauh lebih mudah memberikan jawaban.

Pancasila dalam hemat saya adalah sebuah payung besar. Payung itu menaungi ideologi-ideologi yang dianut oleh orang-orang Indonesia. Ada yang berideologi relijius, ada yang sosialis, ada nasionalis, ada yang lain. (Komunis sudah lewat, ideologi ini mendewakan kekerasan, kerjaannya kudeta saja).

Payung Pancasila itu mencegah orang berkelahi (menggunakan kekerasan) untuk memperjuangkan keyakinannya, sebaliknya ideologi-ideologi dipersilakan berkompetisi dalam Pemilu.

Jadi tidak ada yang tidak dinaungi oleh Pancasila. Orang yang tidak mau berideologi dinaungi juga. Bahkan yang tidak mau ber-Pancasila pun dinaungi dan dilindungi. Lihat semua silanya. Semua sila bersifat merangkul, mengayomi dan menaungi. Tidak ada sila yang bisa dipergunakan untuk menjadi membeda, memisah, membelah.

Pancasila bukan ideologi negara. Karena ideologi itu berubah-ubah, bergeser titik tekan, beralih titik penjuru. Maka yang berideologi itu adalah manusia. Manusia beradaptasi dengan keadaan. Perwujudan adaptasi itu ada pada pikiran dan tindakan. Maka adaptasi membikin ideologi berubah.

Negara memberi ruang dan waktu bagi ideologi-ideologi untuk beradaptasi. Membesar dan menguatnya ideologi-ideologi berperan penting untuk penguatan negara itu sendiri.

Negara tidak boleh berubah terlalu banyak. Inggris sejak abad pertengahan tidak banyak berubah. Amerika sejak merdeka 1776 tidak berubah, Prancis sejak 1789 bergeser sedikitnya lima kali. Jadi ketika ideologi-ideologi berubah akibat beradaptasi dengan lingkungan strategis (perubahan preferensi pemilih), lingkungan strategis yang sama tidak mengubah negara. Negara harus bisa berlayar dalam lingkungan strategis apa pun. Sebaiknya negara harus diciptakan untuk menjadi pencipta lingkungan strategis dunia. Negara yang sehat itu bermotto: “You follow me, I will not follow you.”

Dengan demikian Pancasila adalah payung bagi ideologi-ideologi, bukan ideologi itu sendiri. [ ]

*Penulis adalah aktivis mahasiswa 80-an, pengamat politik

Back to top button