Pecinta Aspal: Antisipasi Kecelakaan, Pentingnya Berpikir Hipotetis
Banyak praktisi dalam semua urusan termasuk urusan keselamatan lalulintas suka bicara hal-hal praktis tapi kurang memahami logika konseptual teoritisnya. Itu bisa mengurangi efektifitas komunikasi publiknya.
JERNIH-Dua hari kemarin jagad maya ramai berita dua kecelakaan maut, di jalan arteri, Krawang dan di Jalan Tol Surabaya-Mojokerto km 712.400. Yang pertama, pada Minggu (15/5/2022), sebuah Minibus Elf oleng nyebrang median jalan menghantam beberapa motor dan sebuah mobil dari arah berlawanan merenggut nyawa tujuh orang, empat luka berat dan enam luka ringan.
Laka maut kedua pada Senin (16/5/2022) pagi-pagi sekitar pk. 06.15 WIB sebuah bus pariwisata ukuran mediun yang khabarnya disopiri kenek diduga mengantuk menghantam tiang papan VMS (Variable Message Sign), 14 orang tewas dan 19 luka-luka.
Semua korban adalah warga sebuah RW di Surabaya. Empat korban tewas di antaranya adalah satu keluarga. Miris. Mereka dalam perjalanan pulang dari wisata ke Jawa Tengah. KOMTRASS ikut berbelasungkawa kepada para korban dan keluarganya.
Mengomentari penyebab kecelakaan bisa dari beragam perspektif sudut pandang. Salah satunya, dan ini sering diucapkan oleh petugas kepolisian adalah bahwa faktor penyebab kecelakaan adalah kurang antisipasi dari pihak-pihak yang terlibat (PYT).
Tapi umumnya hanya sampai di situ tanpa ada penjelasan lebih lanjut tentang apa itu makna “kurang antisipasi”. Apakah sudah jelas dengan sendirinya atau memang susah menjelaskannya?
Menurut saya itu karena mereka meski tahu dan mungkin paham maknanya tapi mereka tidak tahu bagaimana menjelaskannya baik dengan narasi maupun gambar. Padahal narasi dan gambar/video itu satu paket kombinasi optimum pembelajaran untuk meningkatkan literasi kita.
Banyak praktisi dalam semua urusan termasuk urusan keselamatan lalulintas suka bicara hal-hal praktis tapi kurang memahami logika konseptual teoritisnya. Itu bisa mengurangi efektifitas komunikasi publiknya.
PYT ini menurut Hukum Alam Sebab Akibat (HASA) bisa berperan sebagai Penyebab (A), Perilaku Eskalator (B), atau Korban (C). Bila rangkaian kejadian sebab akibatnya (RKSA) nya berlanjut lebih dari satu proses (putaran) maka peran itu bisa makin ruwet karena ABC tersebut harus diberi indeks 1,2,3,……
baca juga: Pecinta Aspal: Menyeimbangkan Keselamatan dan Keamanan saat mengisi BBM di SPBU
Komunikasi publik kita memang didominasi istilah-istilah umum populer yang sering tanpa ada penjelasan lengkapnya sehingga sering menimbulkan pertanyaan bagi orang awam sekaligus kurang mendidik dan kurang mencerahkan. Apalagi mencerdaskan. Perhatian publik berhenti di tanda tanya (?). Alias tidak cerdas-cerdas karena selalu menyimpan pertanyaan yang belum terjawab.
Mungkin yang mereka maksud adalah gagal mengantisipasi apa yang akan terjadi di depan mata, apakah itu karena ketidaktahuan, kelalaian ataupun karena ketidakmampuan dan kegagalan.
Human error dan/atau machine error dan/atau management error. Management error ini masih menjadi barang langka di negeri ini sehingga nyaris belum tersentuh pembelajaran. Investigasi penyebab kecelakaan biasanya berhenti pada malfungsi mesin dan kesalahan manusia.
Untuk tujuan mengantisipasi ini sejak 2013 saya sudah sering sharing ide saya tentang Manajemen Risiko ABCDEFGHIA, yaitu Always Be Careful in Dealing with Everything, Firstly Get the Hazard Identified and Anticipated. Alias, selalu berhati-hatilah sebelum bertindak (melangkah) menghadapi segala sesuatu, dengan memastikan bahwa semua potensi bahaya dan risiko di sekitar/di depan mata sudah diketahui/diprediksi dan diantisipasi. Itulah penjabaran dari *Petuah pentingnya berhati-hati dari orang tua kita sejak kita masih kecil.
baca juga: Pecinta Aspal: Pentingnya Buka Kaca Jendela Saat Istirahat di Rest Area
Mengantisipasi itu maksudnya jauh sebelum Hari H/Jam J/Detik D sudah mengidentifikasi bahaya dan risiko serta sudah mempersiapkan langkah-langkah untuk menyiasati kemungkinan berubahnya potensi bahaya menjadi kejadian/kecelakaan nyata (risiko), mulai dari mencegah risiko, mitigasi risiko, (menjinakkan, mengelola, dan mengurangi risiko setelah terjadi), dan memulihkan/merestorasi akibatnya agar kembali seperti keadaan semula.
Jadi mengantisipasi ini urusan membuat skenario menghadapi peristiwa yang masih hipotetis belum terjadi. Sifatnya masih konsep awal untuk dilaksanakan bila peristiwanya menjadi terjadi nyata. Konsep yang benar pun belum tentu benar pelaksanaan nantinya.
Untuk bisa mengantisipasi berarti harus memprediksi dan memahami proses-proses hipotetis (berpikir hipotetis) yang mungkin akan terjadi berikut di waktu yang akan datang serta hukum-hukum alam yang mengaturnya. Paham proses berarti paham rangkaian kejadian sebab akibat atau kronologi peristiwa hipotetis berubahnya potensi bahaya menjadi kenyataan risiko merusak yang akan terjadi.
Melakukan antisipasi berarti membuat Skenario Kronologi Rangkaian Kejadian Sebab Akibat Kecelakaan (SKRKSAK) yang benar untuk dilaksanakan dengan benar pula.
Siapa saja yang sebaiknya berpikir hipotetis antisipatif? Semua orang yang jiwa dan/atau propertinya terpapar risiko. Dalam hal perjalanan dengan bus wisata, ya pengusahanya, sopirnya, dan penumpangnya. Kemungkinan sopir mengantuk termasuk yang harus diprediksi dan diantisipasi. Penumpang juga harus ikut mengawasi perilaku sopir.
Dalam pendidikan ketekniknukliran, kemampuan antisipasi kecelakaan ini tidak hanya diajarkan dalam bentuk teori tapi juga praktek dengan Simulator menghadapi berbagai skenario kecelakaan yang mungkin akan terjadi dari yang paling ringan sampai yang hipotetis paling parah (DBA: Design Basis Accident). Simulatornya beda banget dengan simulator mobil dan motor yang kelewat sederhana. Full-scale simulator.
Saya berharap bahwa sharing saya tentang teori-teori keselamatan serta pemahaman kronologi rangkaian kejadian sebab akibat pada banyak kecelakaan nyata bisa mencerahkan para anggota grup ini sehingga menambah wawasan yang bisa mendukung kemampuan mengantisipasi kecelakaan hipotetis yang mungkin akan mereka hadapi saat berkendara dan berlalulintas. Bahkan untuk semua urusan hidup yang lain karena risiko akan memapari kita dalam setiap langkah menjalani kehidupan.
Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati; Preventif itu lebih baik dari pada kuratif.
Itu kata-kata bijak yang sudah sering kita dengar di sekolah sejak kecil tapi masih sering diabaikan oleh banyak orang termasuk para pengendara motor dan mobil.
*Mengantisipai itu satu paket berpikir safety- first dengan mencegah *.
Dalam konsep manajemen, mencegah itu “plan a” sementara mengantisipasi itu “plan b”. Di sini berlaku pula ucapan historis Jendral Einsenhower jaman perang dunia ke dua: “plan is nothing but planning is everything.”
Sudahkah anda merumuskan SKRKSAK sebelum mulai menjalankan kendaraan anda?
Terima kasih,
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor/M-TSA Inspirator & Motivator.