Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Sebermula dan Akhir Kehidupan Adalah Kata-kata

Tatkala jagat dikepung sampah kata-kata, aku semakin mengasa kehadiranmu. Duhai kekasih Sang Mahaindah, sungguh engkau menggetarkan

JERNIH– Saudaraku,

Kata-kata itu tak hanya buncahan hati dan jiwa.

Ia bahkan telah menjadi nafas kehidupan yang senantiasa hidup menjalar. Menyelusup relung-relung darah manusia.

Merayap di setiap persendian syaraf ruhani seorang insan:

Ya, seperti tarikan nafas,

Ya, seperti kedip mata,

Ya, seperti keringat yang keluar dari pori-pori.

Deden Ridwan

Kata-kata itu mewujud dalam ruangan yang menitik, sangat indah. Selalu dirasakan indah.

Bukankah Dia Mahaindah?

Ketahuilah. Kata-kata molek melunakkan hati, sekeras batu. Kata-kata kasar mengeraskan hati, seindah sutra. Engkau bebas memilih, bukan?

Tuhan, Engkau Mahaindah. Aku selalu merindu pancaran keindahan-Mu yang menetes dunia, mewujud sosok baginda Muhammad Saw.

Tatkala jagat dikepung sampah kata-kata, aku semakin mengasa kehadiranmu. Duhai kekasih Sang Mahaindah, sungguh engkau menggetarkan. Engkau perlakukan para pembencimu itu seindah lautan. Keteladanmu membuat kehidupan laksana air. Jernih mengalir. Membasuh semesta. [Deden Ridwan]

Back to top button