Sepuluh Wirid yang Dianjurkan Imam Al-Ghazali
“Dawamkan wirid-wirid ini, jangan berbicara sebelum terbitnya matahari; terdapat dalam hadits, bahwasannya tidak berbicara sebelum terbitnya matahari lebih utama dari memerdekakan delapan budak dari anak turunan Nabi Ismail
JERNIH–Mengamalkan wirid merupakan bagian terpenting bagi kaum Muslim. Tanpa wirid dan berzikir, seseorang akan merasakan kehampaan dan kekosongan dalam hidupnya. Wirid pun bervariasi, begitu pun dengan orang yang mengamalkannya.
Ada yang mengamalkan zikir seadanya, setelah shalat saja, hingga ada yang di setiap embusan nafasnya dihiasi dengan asma Allah SWT.
Imam Al-Ghazali, dalam karyanya, “Bidâyatul Hidâyah” memberi kita rekomendasi beberapa wirid yang dapat kita amalkan. Beliau menyebutkan, “Hendaknya tasbih-tasbihmu dan zikir-zikirmu terdapat sepuluh kalimat,” yaitu:
Pertama:
“Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.”
Artinya : “Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah.”
Kedua: “Laa ilaaha illallah, al-malikul haqqul mubin”. Artinya : Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan yang Maha Benar dan Nyata
Ketiga: “Laa ilaha illallahul wahidul qohhar, robbus samawati wal ardhi wama bainahumal ‘azizul ghoffar.”
Keempat: “Subhanallahi walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim.”
Kelima: “Subbuhun quddusun robbuna wa robbul malaikatu war ruh.”
Keenam: “Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim.”
Ketujuh: “Astaghfirullahal ‘azhim, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyumu wa as-aluhut taubata wal maghfiroh.”
Kedelapan: “Allahumma la mani’a lima a’thoita wala mu’thiya lima mana’ta wala rodda llima qodhoita wala yanfa’u dzal jaddi minkal jadd.”
Kesembilan: “Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala ali Sayyidina Muhammadin wa shohbihi wa sallim.”
Kesepuluh: “Bismillahilladzi la yadhurru ma’as mihi syai-un fil ardhi wala fissama-i wa huwas sami’ul ‘alim.”
Wirid-wirid di atas sebagiannya sering kita baca, dan kebanyakan sudah tidak asing lagi. Jika memang tidak dapat mengamalkan semuanya, mungkin kita dapat mengamalkannya sebagian terlebih dahulu. Sebagaimana dalam kaidah fiqih, “Sesuatu yang tidak dapat dikerjakan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.”
Imam Al-Ghazali menuntun kita untuk mengamalkan wirid ini sesuai penjelasannya, yaitu: “Engkau ulang-ulang setiap wirid dari wirid-wirid itu, entah seratus kali atau tujuh puluh kali, atau sepuluh kali dan ini paling sedikitnya agar menjadi seratus.”
“Dawamkan wirid-wirid ini, jangan berbicara sebelum terbitnya matahari; terdapat dalam hadits, bahwasannya tidak berbicara sebelum terbitnya matahari lebih utama dari memerdekakan delapan budak dari anak turunan Nabi Ismail salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita, yang aku maksud yaitu menyibukkan dengan zikir sampai terbitnya matahari tanpa menyelanginya dengan pembicaraan.”
Semoga kita dapat mengamalkan wiridan yang dianjurkan oleh Imam Al-Ghazali agar hari-hari kita dihiasi oleh asma Allah SWT yang menyebabkan hati kita tidak gersang, dan dibukakan jalan menuju Tuhan semesta alam. Amiin. [ ]
Sumber : “Marâqiyul ‘Ubudiyyah Syarah Bidâyah Al-Hidayah”, Syekh Nawawi Al-Bantani, Penerbit Thoha Putra, Semarang, halaman 30-31.