Teori Konspirasi Virus Corona: Setan di Menara 5G dan Bill Gates yang Jadi Musuh Bersama
Satu gagasan yang beredar luas adalah, Cina merekayasa sars-CoV-2 dan dengan sengaja melepaskannya sebagai bagian dari rencana untuk menjatuhkan ekonomi dunia dan meningkatkan kekuatannya sendiri.
NEW YORK CITY—Selama liburan Paskah lalu, lebih dari 20 menara seluler 5G dibakar di Inggris. Ditengarai mereka yang membakar terbius teori konspirasi seputar penyebaran novel virus corona. Teori kacau itu berdasar pada ide bahwa teknologi 5G–generasi baru komunikasi nirkabel, berada di belakang krisis pandemi corona. Entah bagaimana, ide itu menjalar dan menyebar dengan cepat.
Menurut beberapa survei, teori konspirasi terkait pandemi tersebut menyebar luas terutama di Inggris. Namun belakangan telah pula menyebar ke beberapa negara lain di Eropa. Telah terjadi serangan pada menara seluler di Belanda dan Belgia, juga di Amerika Serikat, di mana aktor Woody Harrelson sempat mempostingnya di Instagram, meskipun dengan catatan dirinya belum sepenuhnya memeriksa kebenaran peristiwa tersebut.
Teori konspirasi tersebut secara palsu menyebut bahwa penyakit covid-19 disebabkan oleh makhluk yang mereka sebut novel coronavirus sars-CoV-2, dan sangatlah menular. Tetapi yang mengherankan, bagaimana orang-orang di negara-negara modern itu bisa percaya bahwa teknologi 5G yang bertanggung jawab atas semua itu? Jawabannya memberikan kerangka kerja untuk sesuatu taksonomi umum teori konspirasi, yang masing-masing membingungkan dan berbeda, tetapi dengan cara yang terkait.
Ternyata, ada banyak “teori virus corona 5G”, dan tidak ada hierarki sederhana yang masuk akal. Beberapa yang percaya mengadopsi gagasan bahwa spektrum frekuensi 5G–entah bagaimana, mentransmisikan dan menyebarkan virus, seolah-olah sebuah racun nirkabel. Variasi teori ini tidak menempatkan hubungan rasional antara sebab dan akibat yang diharapkan; tampaknya hanya mengandalkan persepsi bahwa keduanya baru dan menakutkan.
Hal itu diejek oleh mereka yang lebih suka percaya bahwa tidak ada yang namanya sars-CoV-2, dan bahwa kisah kemunculan virus itu ‘digoreng’ untuk menyembunyikan efek kesehatan yang membahayakan dari 5G itu sendiri. Di sini, itikad buruk dan kebohongan yang terkoordinasi dalam skala besar dianggap memberi penjelasan yang lebih sederhana daripada yang ditawarkan oleh ilmu virologi.
Kedua ide ganjil itu oleh seorang pemercaya konspirasi teori yang memiliki sedikit pengetahuan medis, yang ia peroleh sepotong-seotomg dari media online, akan menjadi: sinyal 5G menghancurkan sistem kekebalan tubuh, dan dengan demikian mentransmisikan virus corona yang asalnya tidak berbahaya menjadi sesuatu yang ganas dan mematikan. (Kelompok ini memiliki kemiripan kelompok anti-vaksin, yang sangat bercuriga bahwa vaksin, yang juga sangat curiga bahwa sinyal 5G mengundang efek buruk bagi kesehatan, jauh sebelum datangnya pandemi.)
Oleh para pemercaya teori konspirasi, ditampilkanlah secara berdampingan ‘peta bukti’ bagaimana kepadatan kasus covid-19 punya hubungan dengan keberadaan menara 5G. Tetapi sebagaimana AP pernah mencatatnya, semua ‘peta’ itu menunjukkan bahwa tempat-tempat yang dengan lebih banyak populasi, menunjukkan lebih banyak keduanya, ya pengidap Covid-19 maupun menara 5G. Bagaimana pun, bahkan memperdebatkan peta itu, jelas meleset dari poin dasar bahwa tidak ada dasar ilmiah yang menguatkan ide bahwa gelombang dari menara 5G dapat merusak sistem kekebalan tubuh.
In any event, these theorists would be viewed as amateurs by those who argue not only that powerful people are deploying 5G towers to spread the virus but that the proof of this scheme is to be found on the United Kingdom’s new twenty-pound note, which began circulating in February.
Bagaimanapun, para teoretikus ini akan dipandang sebagai amatir oleh mereka yang berpendapat bukan sekadar adanya orang-orang kuat yang mengerahkan menara 5G untuk menyebarkan virus, tetapi bahwa bukti dari skema ini dapat ditemukan sebagai catatan pada uang pound Inggris baru bernilai 20 pound yang mulai beredar Februari lalu. Video media social yang viral, menunjukkan bahwa elemen logam pada catatan tersebut mencakup gambar menara, yang, ketika Anda memiringkannya, tampaknya memancarkan sinar — 5G, tentu saja — dan bahwa desain di atas menara itu menyerupai lingkaran sebagai bentuk ‘virus sars-CoV-2’. Lebih jauh, fantasi mereka mereka mengaitkannya sebagai menggambarkan mercusuar di kota tepi laut Margate dan pemandangan bergaya rotunda atas Galeri Tate, London, kedua tempat yang berhubungan dengan artis J. M. W. Turner, yang potretnya ada pada rancangan undang-undang baru.
Tetapi bahkan pesan dasar para teoretikus tidak jelas: apakah artinya catatan-catatan itu merupakan seruan untuk bertindak, untuk membangkitkan kelompok kultus kiamat yang entah bagaimana telah menyusup ke Bank of England? Mungkin, pada akhirnya, banyak dari mereka yang membagikan video tersebut tidak lebih dari sekadar iseng.
Semua memang tidak berbahaya: jika orang percaya bahwa mereka ditipu — atau bahkan ditargetkan, oleh otoritas kesehatan masyarakat, mengapa mereka mengikuti arahan otoritas itu? Akankah mereka membiarkan anak-anak mereka akhirnya menerima vaksin covid-19 jika mereka percaya bahwa pandemi itu direkayasa oleh– katakanlah, Bill Gates, dalam upaya mengurangi populasi planet yang terlalu padat?
Satu versi dari teori ini telah dipromosikan dalam video YouTube, diposting oleh Law of Liberty Baptist Church, yang sekarang memiliki hampir dua juta klik. Lainnya ditampilkan dalam posting media sosial oleh Diamond and Silk, yang merupakan bagian dari aksi unjuk rasa pro-Trump, sementara berbagai variasi lain pun telah muncul di seluruh dunia.
Ini tidak masuk akal. Bill Gates telah menjanjikan seperempat miliar dolar untuk upaya mengembangkan vaksin covid-19; lalu sebagai ucapan terima kasih, justru ia menjadi sasaran ancaman kematian.
Tetapi inilah akibat ketika politisi dan otoritas public–Otoritas Kesehatan, kehilangan kepercayaan. Keduanya langsung menyebabkan kerusakan nyata dengan menciptakan ruang kosong yang buru-buru diisi para ahli teori konspirasi. Dalam hal itu, tidak semua kesalahan dapat dialamatkan pada anggota masyarakat yang paling dipercaya. Imajinasi manusia membenci kekosongan. Dan, dalam budaya politik yang disfungsional, seperti yang ada sekarang, ada lingkaran umpan balik konspiratorialis: semakin sedikit Anda percaya, semakin pula Anda mencari otoritas alternatif, dan semakin Anda rentan terhadap tokoh-tokoh yang tidak dapat dipercaya yang mempertahankan posisi mereka dengan menyerang kebenaran.
Orang-orang sangat rentan terhadap teori yang tidak berdasar mengenai coronavirus, karena beberapa alasan. Salah satunya adalah bahwa efek ekonomi dari penutupan telah menghancurkan, dan telah membuat orang putus asa untuk alternatif-alternatif — mungkin itu semua dibesar-besarkan, dan akankah baik-baik saja saat kembali bekerja? Dan mengapa tidak jika orang yang lebih kuat, yang berada pada kondisi lebih baik, berbuat lebih banyak untuk membantu mereka? Atau memang ada yang mendapat manfaat dari kesusahan mereka? Alasan lain adalah, banyak hal tentang covid-19 yang masih belum jelas. Semakin kian terbuktikan bahwa saran dari otoritas pemerintah (mengenai masker, misalnya) terus berubah, berganti kebijakan. Kadang-kadang muncul dalam satu pengarahan di Gedung Putih. Apalagi bersamaan dengan teori konspirasi pun muncul ranah perdukunan spekulatif, dengan pernyataan tanpa bukti bahwa berbagai obat atau bahan kimia– cahaya terang, sinar ultraviolet, atau disinfektan yang disuntikkan, perawatan yang diusulkan Trump pekan ini, dapat menangkis atau menyembuhkan coronavirus. Munculnya teori konspirasi, dalam konteks itu, seringkali memiliki kaitan dengan respons struktur terhadap pandemi.
Untuk mengambil contoh lain, lihatlah Cina yang tak bisa menjadi model keterbukaan sehubungan dengan penyebaran awal virus. Masih ada pertanyaan tentang bagaimana sars-CoV-2 awalnya diperlakukan, seperti tepatnya bagaimana dan di mana ia melompat dari binatang, mungkin kelelawar, ke manusia, dan spesies apa yang mungkin berperan sebagai perantara dalam rantai penularan. Pejabat Cina juga memberikan laporan yang menyesatkan tentang wabah awal di Wuhan. Laporan-laporan ini berfungsi untuk meremehkan seberapa umum penularan dari manusia ke manusia. Tetapi kegagalan-kegagalan nyata itu telah dieksploitasi oleh Presiden Trump, yang secara teratur menyebut mereka sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari kegagalannya sendiri. Amerika Serikat tidak sendirian dalam hal ini: kemarahan terhadap Cina meningkat di India (di mana minoritas Muslim di negara itu juga telah dikambinghitamkan sebagai penyebar virus). Tetapi adil untuk mengatakan bahwa pusat penyebar super dalam apa yang telah menjadi epidemi serangan terhadap Asia-Amerika adalah Washington.
Wuhan bukan hanya tempat pandemi pertama kali muncul; itu juga rumah bagi laboratorium penelitian virologi tingkat tinggi, dan fakta itu telah mengilhami sekian banyak teori konspirasi. Satu gagasan yang beredar luas adalah, Cina merekayasa sars-CoV-2 dan dengan sengaja melepaskannya sebagai bagian dari rencana untuk menjatuhkan ekonomi dunia dan meningkatkan kekuatannya sendiri. Ini tidak masuk akal secara ilmiah, karena sars-CoV-2 adalah virus yang memiliki keunggulan secara alami, bukan direkayasa. Teori itu bahkan tidak masuk akal dengan ketentuannya sendiri: Mengapa Cina akan melepaskan hal seperti itu di wilayah asalnya terlebih dahulu, daripada mengirim agen ke negara ‘mana boa’? Dan bagaimana itu dilakukan dengan mengandalkan kelemahan respon di negara lain, termasuk di sini? (Sebagai contoh tentang bagaimana secara politis dan jingoisnya teori-teori semacam itu dapat dibuat, banyak orang di Cina percaya bahwa Amerika Serikat merekayasa dan menyebarkan virus, menggunakan seorang pengendara sepeda yang menghadiri Olimpiade Dunia Militer, yang diadakan di Wuhan Oktober lalu, sebagai sebuah vektor.)
Teori biowarfare tak hanya dipentaskan di pinggiran. Awal minggu ini, Robert O’Brien, penasihat keamanan nasional AS, ditanya tentang hal itu. “Yah, lihat, saya harap itu tidak dilakukan dengan sengaja,”katanya. “Itu bukan sesuatu yang, yang kami sebarkan. Tapi saya pikir poin yang dibuat Presiden adalah bahwa ada beban pada Cina untuk memungkinkan orang masuk dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Apakah itu berasal dari pasar? Apakah itu dari laboratorium?”
Sekretaris Negara Mike Pompeo menggemakan sentimen-sentimen itu dalam sambutannya pada hari Rabu, ketika ia mengeluh bahwa Cina tidak memberi negara-negara lain akses penuh ke laboratorium Wuhan. Kedua komentar mereka menggambarkan bagaimana ketidakpercayaan dapat digunakan, atau dimanipulasi, sebagai jembatan antara pertanyaan yang valid dan jawaban liar. Ini permainan berbahaya pada waktu berbahaya. [ Amy Davidson Sorkin/ The New Yorker]