Crispy

100 Polisi Myanmar Menolak Tembak Pengunjuk Rasa dan Membelot

  • Polisi Myanmar kini diperalat militer.
  • Mereka menolak menembak pengunjuk rasa.
  • Sejumlah polisi menyatakan siap berkorban.

JERNIH — Lebih 100 personel polisi Myanmar menolak perintah junta militer dan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM).

“Saya tidak ingin mengabdi kepada rejim militer,” ujar Kolonel Polisi Tin Min Tun, yang selama 31 tahun bertugas di kepolisian, kepada Irrawaddy.com.

Menurut perwira berpangkat tinggi itu, saat ini seluruh polisi dimanfaatkan rezim militer. Dalam pesan video, pria usia 54 tahun itu mengatakan dia harus berkorban untuk mendukung CDM.

Kyaw Lin Oo, polisi yang menyelesaikan pelatihan Agustus 2018, menulis di laman Facebook pada 2 Maret 2021 bahwa dia akan menyesal di masa depan jika gagal melakukan sesuatu saat ini.

“Saya memilih loyal kepada masyarakat daripada militer,” katanya. “Pengunjuk rasa itu adalah dermawan utama.”

Lin Oo menolak perintah atasannya untuk menembaki demonstran. Dua temannya melakukan hal sama, dengan tidak mengarahkan moncong senapan ke pengunjuk rasa.

Kini, Lin Oo dan dua temannya bersembunyi. Atasan mereka, ditemani orang-orang setia, mendatangi rumah mereka dan menebar ancaman ke orang tua, anak-anak, dan istri mereka.

Sejak kudeta 1 Februari sampai 3 Maret tindakan keras polisi dan militer menewaskan 50 pengunjuk rasa antikudeta. Korban jatuh di hampir semua kota yang dilanda kerusuhan.

Di desa-desa, tentara dan polisi meneror warga yang berunjuk rasa. Mereka menyerbu relawan yang membantu korban luka akibat kekerasan polisi, atau mengerahkan preman untuk menakuti setiap orang.

Sebelumnya, Selasa 2 Maret, tujuh wanita polisi wilayah Tanintharyi, Myanmar selatan menyatakan tidak akan kembali ke kesatuan dan bergabung dengan CDM. Mereka siap berkorban untuk mendukung pemerintahan terpilih.

Kamis 4 Maret, 17 personel polisi dari Kantor Polisi Puntao di negara bagian Kachin, Myanmar Utara, dan Kantor Polisi Bokpyin di Tanintharyi bergabung dengan CDM.

Setiap hari, sejak awal Februari, akan selalu ada perwira polisi berpangkat tinggi di kota-kota di Myanmar berabung dengan CDM. Jumlah mereka diperkirakan mencapai lebih 100.

Jumlah polisi membelot terbanyak terdapat di Naypyitaw. Di ibu kota yang dibangun militer ini, 70 personel polisi bergabung dengan CDM.

Mereka tahu risiko yang akan dihadapi karena meninggalkan tugas. Tiga anggota polisi, misalnya, kini ditahan dengan dituntut berdasarkan UU Disiplin Pemeliharaan Kepolisian.

Back to top button