Crispy

AS Segera Kembali Bergabung dengan Dewan HAM PBB

Selama kampanye tahun 2020, Biden menuduh putra mahkota Saudi memerintahkan pembunuhan tersebut, dengan menekankan bahwa dia tidak akan menjual senjata kepada Saudi dan berjanji untuk “menjadikan mereka paria sebagaimana adanya”.

JERNIH–Amerika Serikat mengumumkan akan bergabung kembali dengan Dewan Hak Asasi Manusia PBB, akhir tahun ini. Pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada hari Rabu (24/2) lalu itu menandai keterlibatan internasional terbaru pemerintahan Joe Biden.

Di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat mundur dari Dewan HAM PBB pada  bulan Juni 2018, tetapi pemerintahan Biden kembali hadir sebagai pengamat awal bulan ini.

Reuters menulis, Blinken mengatakan: “Saya gembira mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengupayakan masuk dalam  Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk masa jabatan 2022-2024. Kami dengan rendah hati meminta dukungan dari semua negara anggota PBB dalam upaya kami untuk kembali duduk di kursi tubuh dewan ini,” kata Blinken.

Dia mengakui bahwa negaranya tidak sempurna, tetapi mengatakan,”Kami berusaha setiap hari untuk meningkatkan, untuk meminta pertanggungjawaban diri kami,” kata dia.

“Amerika Serikat menempatkan demokrasi dan hak asasi manusia di pusat kebijakan luar negeri kami, karena hal itu penting untuk perdamaian dan stabilitas,” kata Blinken. “Komitmen ini kokoh dan didasarkan pada pengalaman kami sendiri dalam berdemokrasi: tidak sempurna dan sering kali gagal mencapai cita-cita kami sendiri, tetapi selalu berjuang untuk negara yang lebih inklusif, terhormat, dan bebas,” katanya, dengan nada yang sangat berbeda dari pendahulunya, Mike Pompeo.

Diplomat no satu AS itu mengatakan, negaranya menghadapi tantangan terkait demokrasi dan HAM. “Orang kulit berwarna di Amerika Serikat setiap hari berurusan dengan konsekuensi rasisme sistemik dan ketidakadilan ekonomi,” ujar Blinken.

Dia menambahkan, bagaimanapun, AS secara terbuka menangani masalah seperti itu, yang menurutnya berbeda dengan rezim otoriter. Untuk itu, Blinken berjanji bahwa Washington akan terus bersuara atas pelanggaran di negara-negara seperti Cina, Myanmar, Rusia dan Venezuela.

Pemilihan tahunan untuk keanggotaan dalam masa kerja tiga tahun kan diadakan di Sidang Umum PBB pada bulan Oktober.

Tidak otomatis

AFP menulis, meskipun Washington telah berjanji untuk segera mulai berpartisipasi aktif dalam kegiatan dewan, namun tidak secara otomatis memperoleh kembali keanggotaan yang telah ditinggalkannya tiga tahun lalu.

“Saat Amerika Serikat terlibat kembali, kami mendesak Dewan Hak Asasi Manusia untuk melihat bagaimana menjalankan kinerjanya. Hal itu termasuk fokus yang tidak proporsional pada Israel,” kata Blinken. Dia mengeluh tentang “bias yang tak henti-hentinya” terhadap Israel dan “kemunafikan” karena mengizinkan negara-negara yang melanggar HAM duduk di meja perundingan.

Sementara Amerika Serikat di bawah Presiden baru Joe Biden sangat ingin kembali ke dewan, Blinken menekankan bahwa negara itu masih setuju dengan beberapa kritik yang dilontarkan oleh pemerintahan sebelumnya. Amerika Serikat telah lama mengeluhkan bahwa para pelanggar hak asasi terkemuka diberi kursi di dewan.

“Selain itu, kami akan fokus untuk memastikan bahwa keanggotaan dewan mencerminkan standar yang tinggi dalam penegakan HAM,” tambahnya. “Mereka yang memiliki catatan hak asasi manusia terburuk seharusnya tidak menjadi anggota dewan ini,” kata Blinken.

Saat ini keanggotaannya meliputi Cina, Rusia, dan Venezuela, bersama dengan Kuba, Kamerun, Eritrea, dan Filipina.

Dia dengan keras mengkritik perlakuan Rusia terhadap tokoh-tokoh oposisi politik, menuntut Moskow “segera dan tanpa syarat membebaskan Alexei Navalny, serta ratusan warga Rusia lainnya yang ditahan secara tidak sah karena menggunakan hak-hak mereka.”

Dia juga mengecam “kekejaman” yang dilakukan di wilayah Xinjiang, Cina, mencela bahwa kebebasan fundamental dirongrong di Hong Kong, dan menyuarakan peringatan atas “kemunduran demokrasi” di Myanmar setelah kudeta 1 Februari lalu.

Pembunuhan Khashoggi

AFP juga menulis, Presiden AS, Joe Biden berencana menelepon Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud, menjelang pengumunan laporan intelijen tentang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Axios menulis, laporan itu menyiratkan Putra Mahkota Saud, Mohammed bin Salman terlibat dalam pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun 2018. Selama kampanye tahun 2020, Biden menuduh putra mahkota Saudi memerintahkan pembunuhan tersebut, dengan menekankan bahwa dia tidak akan menjual senjata kepada Saudi dan berjanji untuk “menjadikan mereka paria sebagaimana adanya”.

Menurut Axios, sambungan telepon itu, jika terlaksana sesuai jadwal, akan menjadi percakapan pertama kali Biden sebagai presiden dengan raja Saudi. [Reuters/AFP/Axios]

Back to top button