Beijing Kota Mati
Wabah virus corona ibarat monster menakutkan. Yang apabila muncul maka segala aktifitas terhentikan. Bahkan untuk keluar rumah saja, rasa was-was mengikuti. Hal itulah yang dirasakan Christian Y. Schmidt, jurnalis berdarah Jerman yang sejak 15 tahun mendiami Beijing.
Dari cerita Schmidt, saat ini Cina ibarat kota mati, tak ada aktifitas seperti sediakala. Apalagi setelah korban berjatuhan akibat virus menakutkan itu serta pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengeluarkan status waspada.
Kehidupan di Beijing saat ini tampak sulit, untuk bepergian atau keluar luar, seseorang harus menggunakan pakaian lengkap, mulai dari masker, sarung tangan, hingga kacamata khusus. Biar terlihat keren? Tidak. Itu untuk mencegah penyebaran virus corona.
“Jadi semuanya perlu waktu. Risiko penularan memang relatif tinggi,” katanya.
Liburan Tahun Baru Cina memang kerap sepi, Schmidt melajutkan, jalanan dan Kota Beijing tak ada kegiatan. Kebanyakakan restoran dan supermarket tutup. Begitu juga dengan pertunjukan budaya, tak terlaksana. Namun kali ini berbeda, waktu yang biasanya singkat kini tampak lebih lama.
“Masa liburan diperpanjang, dan orang-orang diminta sedapat mungkin tinggal di rumah saja. Beijing benar-benar lumpuh,” ujar dia.
Seluruh negeri lumpuh. Orang-orang di laur harus memakai masker.
Jika bepergian dengan menggunakan kereta bawah tanah, setiap orang wajib mengukur suhu tubuh. Kalau di atas normal maka tidak diperbolehkan naik kereta.
Tak ada aktifitas, hanya penyapu jalan dan sopir bis saja yang bekerja. Sampai muncul beberapa lelucon tentang virus corona.
“Cina, corona, tukang sapu, Beijing. Hanya kelihatan tukang sapu yang bekerja di jalan,” Lelucon lain, sekarang polisi sering bertanya kepada kita di jalan, bagaimana rute perjalanan kita. Lalu ada yang menulis di internet: Rute saya? Ruang tamu, kamar tidur, toilet, dapur, ruang tamu. Ruang gerak banyak orang sekarang terbatas di rumah sendiri. Mereka seperti membuat karantinanya sendiri,” kata Schmidt menceritakan kisahnya.
Satu-satunya tempat pertemuan banyak orang yakni supermarket. Bioskop yang biasanya dipenuhi selama perayaan Tahun Baru juga tak beroperasi. Orang lebih memilih membeli hak tayang film dan memutarnya via internet. Kemungkinan semua orang Cina sekarang menonton film di internet atau lewat smartphone.
Sumber: Deutsche Welle