Crispy

Bisnis Baru Tatmadaw, Jarah Desa-desa Kosong dan Peras Warga

  • Tentara menyita apa saja dari rumah-rumah yang ditinggalkan penduduk; ternak, perhiasan, dan pakaian dalam wanita.
  • Sebanyak 50 warga ditangkap, warga lainnya ditekan agar mengumpulkan uang tebusan.

JERNIH — Setelah sekian hari hidup dalam ketakutan diserbu tentara Myanmar, ribuan penduduk desa-desa di Kotapraja Yinmabin memutuskan mengungsi ke hutan.

Gelombang pengungsian pertama terjadi 20 April, setelah militer yang ditempatkan di wilayah itu selalu terlibat baku tembak dengan warga sipil yang mempertahankan diri dengan senjata berburu.

Di Desa Kapaing, Thigone, dan Thityarpin, warga sipil mengahadapi ratusan tentara. Bukan pertempuran seimbang. Tentara Myanmar tak berani mendekat, atau berada dalam jarak tembak senapan berburu.

Penduduk sipil menunggu sampai tentara masuk jarak tembak. Tentara Myanmar mengontak Angkatan Udara, meminta mereka menerbangkan drone untuk menentukan titik koordinat artileri.

Setelah itu, arga dihujani tembakan artileri. Sepuluh orang tewas. Saat serdaru menyerbu, warga sipil bersenjata senapan perkusi dan ketapel tradisional tidak dalam posisi tembak.

Warga mulai meninggalkan rumah Jumat lalu. Sebanyak 200 serdadu datang dengan 21 kendaraan pada hari Minggu, dengan mengatakan akan memulihkan ketertiban.

Tidak ada penduduk percaya. Mereka tetap meninggalkan desa dan lari ke hutan.

Desa Kapaing, Thigone, Kabyu, dan Paungwa, kosong penduduk. Seorang warga Desa Kapaing mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa pasukan menjarah semua makanan, ayam, babi, sepeda motor, dan uang, sepanjang Selasa lalu.

“Mereka bahkan mencuri pakaian dalam wanita,” kata penduduk itu.

Sebagian besar warga tinggal di hutan dan lahan pertanian yang jauh. Mereka kini menderita kekurangan perawatan kesehatan, makanan, dan air.

Seorang warga Desa Kapaing yang enam hari berlindung di hutan bersama keluarganya mengatakan; “Kami marah dengan kegagalan komunitas internasional membantu kami.”

Kepada The Irrawaddy, penduduk mengatakan yang bisa dilakukan rakyat Myanmar saat ini adalah menolong diri sendiri dari kebrutalan rejim militer.

“Kami akan lari dari pasukan, jika terjebak kami akan melawan,’ katanya.

Senin, 26 April, tentara mengepung Desa Lattapyar, mencari penduduk di hutan terdekat. Di Desa Wingone, tentara membebaskan 50 warga yang ditangkap ketika mencoba mengambil mayar korban bentrokan 20 April.

Pembebasan dilakukan setelah tentara meminta tebusan. “Penduduk mengumpulkan uang untuk menebus saudara dan tetangga mereka,” kata seorang penduduk.

Kini, Tatmadaw — julukan Tentara Myanmar — tidak sekedar meneror tapi juga memeras warga yang ketakutan. Mereka terbiasa dengan semua bisnis itu.

Back to top button