Crispy

Di Samping Sputnik V, Rusia Punya 26 Pengembangan Vaksin Covid-19 Lainnya

Di Rusia, hanya dua dari 26 vaksin yang mencapai uji klinis, yaitu ‘Gam-KOVID-Vak’ (Sputnik V), yang merupakan vaksin COVID-19 pertama yang terdaftar di dunia. Yang kedua adalah vaksin ‘EpiVacCorona’ yang belum terdaftar

JERNIH—Tak banyak terpantau media massa dunia yang dalam urusan Covid-19 banyak terfokus kepada Amerika Serikat—terutama berkaitan dengan ‘kepolosan Donald Trump–dan Cina, Rusia diam-diam menjadi negara pertama yang mendaftarkan vaksin COVID-19 pada Daftar Obat Negara. Itu pun bukanlah satu-satunya vaksin COVID-19 yang dikembangkan Rusia, karena Negara Beruang merah itu masih punya 26 pengembangan vaksin Covid-19 lainnya selain Sputnik V.

Berdasarkan tulisan yang termuat dalam laman resmi komunikasi negara dengan publik dunia, Russia Behind The Headline (https://id.rbth.com/technology/82815-vaksin-covid19-rusia-gyx), secara total terdapat sekitar 150 vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di dunia. Menurut Kepala Rospotrebnadzor (badan pengawasan tentang perlindungan hak konsumen di Rusia) Anna Popova, 26 di antaranya berasal dari Rusia. Menurut Anna, tidak semuanya merupakan jenis vaksin yang berbeda sama sekali. Biasanya, ini adalah pengembangan vasksin yang sama dari institusi yang berbeda, yang masing-masing memiliki perbedaan karakter.

Di Rusia, hanya dua dari 26 vaksin yang mencapai uji klinis, yaitu ‘Gam-KOVID-Vak’ (Sputnik V), yang merupakan vaksin COVID-19 pertama yang terdaftar di dunia. Yang kedua adalah vaksin ‘EpiVacCorona’ yang belum terdaftar.

EpiVacCorona dikembangkan pusat ilmiah Siberia ‘Vektor’ yang didirikan didirikan pada 1974. Awalnya, Vektor merupakan laboratorium pengembangan senjata biologis yang disamarkan sebagai lembaga sipil. Namun, kini institut tersebut menjadi tempat penyimpanan dan penelitian virus-virus paling berbahaya di planet ini, seperti cacar dan Ebola. Sebenarnya, Vektor adalah fasilitas militer. Oleh karena itulah mengapa di sepanjang perimeternya dikelilingi pagar dengan kawat berduri setinggi dua meter, rintangan antitank, dan penembak senapan mesin ringan selalu berjaga di menara. Di sinilah sistem pengujian pertama di Rusia dikembangkan untuk mendeteksi virus corona baru dan foto pertama virus itu diambil bawah mikroskop.

Untuk waktu yang lama, Vektor memiliki monopoli dalam aktivitas pendeteksian virus Corona. Tes dari seluruh negeri dikumpulkan di sini. Dengan dasar empiris yang begitu mengesankan, Vektor mengikuti perlombaan pengembangan vaksin Corona dengan sangat cepat dan menciptakan beberapa vaksin pada platform yang berbeda. EpiVacCorona adalah vaksin berbasis protein dan peptida virus. Pilihan ini mengasumsikan bahwa protein ini tidak diproduksi di dalam sel pasien, tetapi disuntikkan langsung ke dalam tubuh bersama dengan zat iritan tambahan yang bereaksi terhadap sistem kekebalan.

Institut Gamaleya, yang mengembangkan vaksin Sputnik V, bekerja secara berbeda. Hingga 2010, institusi yang sedikit lebih tertutup ini berada di bawah yurisdiksi Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, tetapi kini berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rusia. Vaksin Sputnik V berjenis vektor, yang artinya vaksin itu menggunakan pembawa virus (adenovirus yang tidak berbahaya) yang berfungsi mengirimkan gen virus corona ke sel, sintesis protein dimulai, dan sistem kekebalan “berkenalan” dengan penyakit tersebut. Dengan cara yang sama, Institut Gamaleya telah mengembangkan vaksin virus Ebola dan MERS (virus corona 2012) selama tiga tahun terakhir.

Saat ini, di antara kedua institusi inilah hampir semua sponsor publik dan swasta terkonsentrasi, karena diyakini bahwa mereka memiliki peluang paling besar untuk mencapai kesuksesan dalam pengembangan vaksin COVID-19. 

Sputnik V berhasil melewati uji klinis tahap pertama dan kedua (yang digabungkan), pengujian vaksin pada tikus, hamster, monyet, serta 76 sukarelawan dari militer dan sipil yang sehat dan terpilih secara khusus. Masing-masing sukarelawan mencatat efek samping yang mereka alami, seperti demam, ruam dan kemerahan di tempat penyuntikan dalam “jurnal sukarelawan”. Namun, tidak satu pun efek samping serius yang dialami para sukarelawan.

Pada 12 Agustus, tahap ketiga penelitian dimulai. Ini diyakini sebagai tahapan yang paling penting karena semua efek samping akan dapat diidentifikasi dalam sampel yang besar. Lebih dari 2.000 orang dari Rusia, Arab Saudi, Brasil, Meksiko, Uni Emirat Arab, dan negara lain akan ambil bagian di dalamnya. Vaksin ini telah terdaftar di Rusia, tetapi poin kuncinya adalah “dengan kondisi terbatas”. 

EpiVacCorona masih sedikit tertinggal dari Sputnik V. Uji klinis tahap pertama dan kedua baru dimulai pada 27 Juli dan belum berakhir. Pengujian diikuti oleh 300 sukarelawan berusia 18 hingga 60 tahun.

Sebagaimana dilaporkan situs Komsomolskaya Pravda (KP), semua sukarelawan yang mengalami pengujian di Vektor menerima asuransi dan hadiah sebesar 147 ribu rubel (sekitar Rp29 jutaan), tetapi mereka harus menghabiskan 23 hari di rumah sakit tanpa hak untuk pergi.

“Anda hanya bisa berjalan di wilayah yang berdekatan dengan rumah sakit, merokok bisa dilakukan di area yang ditentukan secara ketat dan Anda akan diberi makan lima kali sehari,”kata pihak Vektor  kepada Anna Pashagina, koresponden KP Novosibirsk yang menyamar menjadi warga biasa dan menjadi salah satu sukarelawan setelah melewati penyeleksian yang ketat.

Pashagina membandingkan kondisi di Vektor dengan sanatorium, tetapi dengan suasana di bunker sungguhan sehingga menjadi agak menyeramkan baginya.

“Pendaftaran terbatas” yang dimakudkan adalah jenis pendaftaran sementara dan dipercepat. Hal itu diizinkan untuk dilakukan saat dalam pandemi (di Rusia hal itu diizinkan oleh keputusan pemerintah), ketika tidak ada waktu untuk melindungi dari risiko yang lebih kecil kemungkinannya, yang membutuhkan penelitian besar dan panjang. Dan inilah jalan yang kini diikuti oleh pengembang dan pembuat peraturan di seluruh dunia. Biasanya diperlukan beberapa tahun untuk membuat dan meneliti sebuah obat.

Dalam wawancara dengan Meduza, pencipta Sputnik V Denis Logunov menjelaskan: “Saat ini, pendaftaran dalam kondisi terbatas diperlukan sehingga orang-orang dari kelompok berisiko dapat berpartisipasi dalam penelitian. Kami tidak akan melindungi sukarelawan yang sehat dengan vaksin ini.”  Setelah pendaftaran, dokter dan guru diperbolehkan untuk divaksinasi. 

Jika hasil positif tidak terulang pada sampel yang besar, maka pendaftaran akan dicabut dan produksi dihentikan. Barulah setelah keefektifan dan keamanannya dipastikan, vaksin akan menerima pendaftaran permanen. Sementara, produksi massal dijadwalkan pada 2021 dan pendaftaran sementara berlaku hingga 1 Januari 2021. [RBTH]

Back to top button