Crispy

Evakuasi Warga AS di Kabul: Ini Bukan Saigon 1975, tapi Dunkirk 1940

  • David Petraeus, mantan direktur CIA, menyebut situasi di Kabul adalah moment Dunkirk.
  • Washington merahasiakan jumlah warga AS di Afghansitan.
  • Dokumen F-77 di Kedubes AS menyebutkan terdapat 15 ribu sampai 40 ribu warga Paman Sam di Afghansitan.

JERNIH — AS menyembunyikan data jumlah warganya yang tersebar di Afghanistan. Dokumen rahasia di Kedubes AS, disebut F-77 Afghanistan, menyebutkan terdapat 15 ribu sampai 40 ribu warga AS di sekujur negeri yang kini dikuasai Taliban.

Seluruh warga Paman Sam itu kini menunggu pesawat yang akan menjemput mereka pulang. Sepanjang Selasa 17 Agustus, ratusan dari mereka menyemut di Bandara Hamid Karzai, tapi tidak ada jet angkut yang menjemput mereka.

Mereka hanya duduk-duduk sambil sambil melihat pesawat angkut India, Prancis, dan Inggris, datang dan membawa warga negara masing-masing.

Daily Mail menulis pemerintahan Joe Biden menutupi jumlah warga AS yang berada di Kabul dan kota-kota lainnya di Afghansitan, yang masih menunggu diekstrapolasi. Pejabat AS juga tidak pernah memberi jawaban tegas berapa banyak jet yang akan digunakan untuk mengangkut mereka setiap hari.

Ketiadaan jawaban tegas semakin membuat warga AS khawatir, karena Taliban hanya memberi waktu dua pekan masa tenggang perdamaian, yang memungkinkan negara mana pun memindahkan warganya.

Jenderal David Petraeus, mantan direktur CIA, mengatakan — dalam wawancara dengan FoxNews — bahwa urgensi situasi tidak dapat dilebih-lebihkan.

“Ini mungkin disebut, saya pikir, momen Dunkirk,” kata Petraeus. “Kita perlu melakukan segala yang mungkin secara manusiawi untuk mengeluarkan semua warga AS, dan orang-orang yang mendapatkan visa imigran.”

Menurut Petraeus, orang yang dianggap memenuhi syarat mendapat visa imigran, tentu saja bersama keluarganya, adalah mereka yang bekerja selama dua tahun di medan tempur sebagai penerjemah untuk tentara AS.

Senin lalu, upaya evakuasi berantakan. Bandara Hamid Karzai di Kabul kacau-balau, menyebabkan delapan orang tewas.

Dua dari delapan korban adalah pria bersenjata yang mencoba masuk ke pesawat. Keduanya ditembak tentara AS. Tiga korban jatuh dari roda pesawat C17 yang lepas landas. Tiga lainnya ditemukan di landasan dalam kondisi hancur.

Juru bicara Pentagon John Kirby, Selasa 17 Agustus, mengatakan hanya mengevakuasi 700 orang. Sebanyak 150 di antaranya orang AS.

Robert Charles, asisten menteri luar negeri AS, megnatakan terdapat antara 15 ribu sampai 40 ribu warga AS yang masih menunggu untuk diberi tahu kapan akan diselamatkan.

“Sulit bagi saya menyajikan dengan tepat sejauh mana kegagalan kebijakan luar negeri AS,” katanya. “Ini adalah kegagalan keamanan nasional berjenjang.”

Menurutnya, ada dokumen di Kedubes AS di Kabul, yaitu F-77 Afghanistan. “Saya diberi tahu dokumen itu menyebutkan terdapat 15 ribu sampai 40 ribu warga AS tersebar di sekujur Afghanistan,” katanya.

Banyak warga AS berada di di wilayah yang jauh dari Kabul, seperti Kandahar dan Jalalabad. Sangat sulit menjangkau mereka yang berada di kedua kota ini.

John Kirby, juru bicara Pentagon, mengatakan orang-orang yang berlindung di Kabul telah diberi tahu kapan harus pergi bandara. Namun, dia tidak menyebut tanggal pasti pesawat AS akan datang.

Back to top button