Crispy

India Tangguhkan Penggunaan Test Kit Covid-19 Buatan Cina

  • India mendapat pengiriman sekitar satu juta test kit, dan disebar ke beberapa negara bagian.
  • Banyak laporan test kit tidak akurat. Muncul asumsi ada hasil kompromi.
  • Bagaimana mungkin India tidak mandiri untuk urutan test kit. Padahal, India punya segalanya.

Patna — India menangguhkan penggunaan alat uji untuk mendeteksi virus korona, setelah beberapa negara bagian mengeluh hasilnya tidak akurat.

Dewan Penelitian Medis India (ICMR) masih menyelidiki laporan dari berbagai negara bagian, yang menyebabkan pemerintah menangguhkan pengunaan test kit buatan Cina.

“Kit akan diuji, divalidasi dan panduan penggunaan diperiksa oleh divalidasi oleh tim ICMR,” kata Dr RR Gangakhedkar, ketua ICMR. “Hasil pengujian dan validasi akan didumumkan dalam dua hari.”

Baca Juga:
— Politik Segregasi Agama di Tengah Wabah Covid-19 di India
— Dituduh Menyebar Covid-19, Muslim India Menghadapi Ancaman Pembantaian
— India dan Malaysia Lockdown, Dunia Kekurangan Kondom

Penangguhan ini adalah kemunduran besar bagi upaya India memperluas kapasitas pelacakan virus penyebab penyakit Covid-19. Jumlah kasus terinfeksi di India terus meningkat, dan kini mencapai 20 ribu.

Dalam beberapa pekan terakhir India menerima satu juta test kit Covid-19 dari Cina, dan telah digunakan beberapa pemerintah negara bagian.

Namun laporan ketidak-akuratan test kit buatan Cina memunculkan persoalan baru. Muncul anggapa hasil uji selama ini tidak benar, dan telah dikompromikan.

“Ini menghambat upaya akmi mendapatkan hasil tes cepat, agar kami bisa memulai pengobatan dan menahan penyebaran virus,” kata Ashok Gehjor, kepala menteri negara bagian Rajashtan.

Rabu lalu, India mencatat kasus infeksi 20.471 dengan 652 kematian. Lonjakan terjadi dalam tiga hari terakhir, dengan hampir seribu infeksi baru dalam sehari.

Dr T Jacob John, dari Christian Medical College (CMC) di Vellore, mengatakan kebingungan soal test kit menunjukan kurangnya perencanaan pemerintah India dan kegagalan memobilisasi sumber daya internal untuk memproduksi test kit secara besar-besaran.

“India tidak siap menghadapi krisis, meski menyadari apa yang terjadi di sekitarnya,” kata Dr T Jacob kepada Arab News. “India seharusnya menggunakan slogan Make in India, dan meminta perusahaan biotek memproduksi test kit. Tidak perlu impor.”

Menurut Dr T Jacoba, siapa pun tidak akan mengetahui penyebaran Covid-19 tanpa lebih proaktif dalam pengujian.

“Lebih banyak pengujian adalah kunci menghambat penyebaran wabah,” katanya.

India saat ini mengandalkan metode real-time reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mendeteksi virus. Teknik ini dapat memberikan diagnosa andal seluruh proses, mulai dari pengumpulan sampel usap hidupng hingga pengujian.

Namun, metede ini membutuhkan waktu 24 sampai 36 jam. Rapit test, dengan test kit buatan Cina, memberi hasil dalam 15 menit dan jauh lebih murah.

Di bawah skema asuransi kesehatan nasional India, hanya 500 juta dari 1,4 miliar penduduk India yang memenuhi syarat menjalani tes laboratorium gratis. Lainnya harus membayar 4.500 rupee, atau Rp 916 ribu.

Biaya tes ditetapkan Mahkamah Agung pada 13 April lalu, untuk mencegah laboratorium swasta seenaknya memasang tarif. Namun langkah ini dikritik banyak pakar kesehatan.

Dr Harjit Singh Bhatti, dari LSM Progressive Medicos and Scientists Forum, mengatakan; “Pemerintah tdiak dapat memikirkan biaya dan harga pada tahap ini. Pemerintah harus membuka laboratorium swasta untuk pengujian gratis.”

Malini Aisola, dari All India Drug Action Network, mengatakan; “Ini darurat kesehatan masyarakat, dan pemerintah perlu memiliki pengujian.”

Back to top button