Israel dengan Keji Ratakan Seluruh Desa Palestina di Tepi Barat
Lembah Jordan adalah rumah bagi sekitar 60.000 warga Palestina, menurut PBB, tetapi hampir 90 persen tanahnya dikangkangi Israel.
JERNIH—Sementara mata dunia tengah tertuju pada Amerika Serikat dan pandemi Covid-19, tentara pendudukan Zionis Israel telah menghancurkan hampir 80 rumah warga Palestina di Tepi Barat yang mereka duduki. Delapan belas tenda yang menampung 11 keluarga di Desa Khirbet Humsa dihancurkan pada Selasa (3/11) malam lalu, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.
Kekejian itu membuat setidaknya 74 orang menjadi pengungsi, lebih dari setengahnya anak-anak di bawah umur. Mereka kini dalam pendampingan B’Tselem, sebuah organisasi non-pemerintah anti-pendudukan Israel.
Buldoser dan penggali juga merobohkan kandang-kandang yang digunakan sebagai kandang ternak, toilet portabel, wadah air, dan panel surya, selain menyita kendaraan dan traktor milik sebagian warga.
Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh meminta komunitas internasional untuk campur tangan melawan upaya pasukan Israel untuk “menggusur warga Khirbet Humsa dan puluhan komunitas serupa dari rumah dan tanah mereka”. Ia menunjuk pada fakta bahwa Israel “memilih malam untuk melakukan kejahatan lainnya”, seiring perhatian difokuskan pada pemilihan Presiden Amerika Serikat.
Abdelghani Awada, yang kehilangan tempat tinggal akibat operasi tersebut, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Israel memberi orang “10 menit untuk mengevakuasi rumah kami”. “Kemudian, mereka mulai membuldoser,” ujar dia.
Dia mengatakan, keluarganya telah tinggal di daerah itu selama beberapa generasi, dan menuduh Israel berusaha “mengosongkan Lembah Jordan dari penduduk Palestina”. B’Tselem menegaskan, operasi larut malam itu tidak biasa, mengingat begitu banyak rumah menjadi sasaran pada waktu yang sama.
“Jelas, niatnya untuk memaksa warga keluar dari tanah tersebut, dengan menciptakan bencana kemanusiaan buatan manusia. Tapi warga telah memberi tahu kami bahwa mereka tidak punya tempat tujuan,”ujar Sarit Michaeli, petugas advokasi internasional untuk B’Tselem. Ia mencuit di Twitter, dan menambahkan bahwa ini adalah pembongkaran pertama dalam tujuh tahun terhadap seluruh komunitas penggembala.
Cabang tentara Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil di Tepi Barat, COGAT, mengatakan pihaknya menghancurkan bangunan yang “dibangun secara ilegal di zona tembak (area pelatihan militer) di Lembah Jordan”.
Lembah Jordan adalah rumah bagi sekitar 60.000 warga Palestina, menurut PBB, tetapi hampir 90 persen tanahnya adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai Area C, tiga per lima Tepi Barat yang berada di bawah kendali penuh Israel.
Itu termasuk daerah militer tertutup, dan sekitar 50 permukiman pertanian yang menampung sekitar 12.000 orang Israel.
Orang Palestina dilarang memasuki daerah-daerah itu dan memasuki tanah yang mereka miliki. Mereka dilarang menggali sumur atau membangun infrastruktur apa pun tanpa izin militer yang sulit didapat.
Dari 2009 hingga 2016, kurang dari dua persen dari lebih dari 3.300 pengajuan izin di Area C yang berhasil, menurut Peace Now, sebuah kelompok anti-permukiman Israel, mengutip statistik resmi. Apa pun yang dibangun tanpa izin (dari perluasan rumah hingga tenda, kandang hewan, dan jaringan irigasi) berisiko dibongkar oleh militer Israel.
Hampir 800 warga Palestina, termasuk 404 anak di bawah umur, telah kehilangan rumah mereka pada 2020. Sepanjang tahun sebelumnya, 677 orang kehilangan rumah, naik dari 387 pada 2018 dan 521 pada 2017, sebagaimana ditulis Al Jazeera. [Al Jazeera]