Mantap! Pasukan Garuda Cegah Kontak Senjata Militer Israel dengan Lebanon
JAKARTA – Kontingen Garuda Indobatt XXIII-N/Unifil berhasil mencegah pertikaian senjata, antara Israel Defence Force (IDF) dengan Lebanon Armed Force (LAF) di perbatasan kedua negara yang merupakan Area of Responsibility (AoR) Indobatt, yakni wilayah TP 35 dan TP 36 Kompi Alpha.
Dirilis Puspen TNI di Jakarta, Minggu (21/6/2020), peristiwa tersebut berawal dari adanya indikasi pertikaian yang akan terjadi dari kedua belah pihak, terlihat tentara Lebanon bersenjatakan peluncur granat anti-tank sedang berhadapan dengan dua tank Markava milik Israel di selatan kota Al Adaysseh, Lebanon Selatan.
Menghadapi kondisi tersebut, Komandan Kompi (Danki) Alpha, Mayor Inf Handi Wibowo, segera melaksanakan prosedur tetap sebagai pasukan misi perdamaian PBB.
“Danki Alpa melaporkan kejadian tersebut kepada Dansatgas dan menyiapkan Quick Reserve Team (QRT) yang berjumlah 23 personel untuk menghadang tank Markava milik Israel guna mencegah terjadinya pertikaan dengan tentara Lebanon,” tulis Puspen TNI.
Dalam kesempatan yang sama, Komandan Satgas Indobatt XXIII-N, Letkol Inf Prasetyo Ari Wibowo menyiapkan pasukan Battalion Mobile Reserve (BMR) yang terdiri dari 32 prajurit Kompi Delta, empat Panser Anoa buatan PT. Pindad, satu Armored Personnel Carrier (APC), satu Military Police (MP), dan dua Wanita TNI sebagai pasukan yang sewaktu-waktu siap digerakan untuk membantu ke tempat kejadian.
“Informasi yang disampaikan oleh Liaison Branch bahwa tank Markava dan pasukan Israel sedang melakukan latihan militer di perbatasan Blue Line informasi dari Liaison Branch,” katanya.
Namun dalam pantauan langsung di lapangan terlihat tank Markava telah menyeberang ke wilayah Lebanon dan melintasi pagar teknis. Seiring dengan itu pasukan Lebanon melakukan pergerakan untuk menghalau perbatasan dari tank Markava dan pasukan Israel.
Menyikapi situasi tersebut, prajurit Satgas TNI berusaha melakukan negosiasi. Terlihat dengan tenangnya seorang prajurit TNI mengibarkan bendera PBB sebagai tanda perdamaian.
“Senjata yang mereka bawa digantungkan di belakang, bahkan beberapa orang tidak menunjukkan senjatanya. Tindakan tersebut berhasil sehingga membuat ketegangan dan pertikaian yang terjadi dapat diselesaikan,” ujarnya.