Netizen: Cina Berutang ‘Permohonan Maaf’ Kepada Li Wenliang
Wuhan — “Kami kehilangan pahlawan,” tulis seorang netizen di aplikasi WeChat.
“Cina berutang ‘permohonan maaf’ kepada Li Wenliang,” tulis netizen lainnya di aplikasi yang sama.
Dalam sebuah wawancara dengan Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, Zeng Guang — kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CCDC) — mengatakan; “Kita harus memuji Dr Li dan tujuh penduduk Wuhan lainnya.”
“Mereka memperingatakan penduduk sebelum korona virus mewabah,” katanya. “Namun, penilaian apa pun perlu didukung bukti ilmiah.”
Li Wenliang, dokter berusia 34 tahun dari Propinsi Liaoning, menempuh pendidikan di Universitas Wuhan tahun 2004. Ia mengambil jurusan kedokteran klinis.
Setelah tiga tahun bekerja di Xiamen, Propinsi Fujian, Li kembali ke Wuhan dan bekerja di RS Pusat Wuhan.
Pada 30 Desember 2019, Li mendapatkan laporan pasien yang menunjukan tanda-tanda positif serangan virus korona seperti SARS. Ia menginformasikan temuannya dalam obrolan grup WeChat sesama alumunus kedokteran.
Sore hari, screenshot orbrolan Li dengan rekan-rekannya muncul di media online dan viral. Pemerintah Cina tak bisa berbuat banyak, selain mengumumkan epidemi virus korona.
Pada 1 Januari 2020, Li dipanggil otoritas RS Pusat Wuhan, dan diminta menjelaskan bagaimana dia mendapatkan data pasien virus korona. Pihak rumah sakit juga melacak siapa saja selain Li yang menyebarkan berita itu.
Li tidak sendiri. Tujuh staf medis, dokter, dan rekannya di luar rumah sakit, juga melakukan hal serupa. Li mungkin yang pertama.
Pada 3 Januari Li dipanggil polisi, diminta mengakui kesalahannya dan tidak melakukannya lagi. Polisi tidak menahannya, dan Li kembali bekerja.
Ia bukan lagi sebagi dokter mata, tapi dokter yang harus merawat pasien korona virus. Saat itu, RS Pusat Wuhan mulai kebanjiran banyak pasien, yang membuat pihak rumah sakit mengerahkan semua dokter.
Pada 12 Januari, Li jatuh sakit dan dokter mengkonfirmasi sang whistleblower terkena korona virus. Sejak itu Li menjalani hari-harinya di pembaringan, sebagai salah satu pasien virus korona.
Peran Li sebagai whistleblower kali pertama diungkap seorang dokter Inggris yang pulang dari Wuhan. The Mirror sempat memberitakan Dr Yukteshwar Kumar, pakar kesehatan dari Universitas Bath, bertutur tentang delapan whistleblower.