Nobel Kedokteran 2020, Tidak Ada Calon Pemenang dari Peneliti Covid-19
- Perlu bertahun-tahun untuk memverifikasi manfaat temuan.
- Calon pemenang tahun ini adalah yang menemukan sejak lama, dan temuannya membawa terobosan.
Stockholm — Nobel Kedokteran akan diumumkan malam ini, tapi tidak ada calon pemenang dari kalangan peneliti Covid-19.
“Pandemi adalah krisis besar umat manusia, dan itu menggembarkan pentingnya sains,” kata Lars Heikensten, ketua Yayasan Nobel.
Erling Norrby, mantan sekretaris tetap Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia, mengatakan komite pemberi hadiah tidak terpengaruh oleh apa yang terjadi di dunia saat ini.
Penelitian pemenang Nobel biasanya membutuh bertahun-tahun untuk diverifikasi. “Setidaknya butuh sepuluh tahun untuk mengetahui dampak sebuah penemuan,” kata Norrby, yang juga ahli virus.
Panitia Nobel bekerja penuh kerahasiaan, nama-nama nokinasi tidak pernah diungkapkan. Tradisi ini telah berlangsung setengah abad, yang menyebabkan banyak orang berspekulasi.
Sel-T, Kanker Payudara, Gunting
Swedia SR, radio publik Swedia, dan Dagens Nyheter — surat kabar terbesar negeri itu — memperkirakan pemenang Nobel Kedokteran yang akan diumumkan malam ini diberikan kepada Jacques Miller dan Max Cooper, keduanya warga Australia kelahiran Prancis dan AS, atas penemuan Sel-T dan Sel-B tahun 1960-an.
Temuan keduanya menyebabkan terobosan dalam penelitian kanker dan viru, dan memenangkan Lasker Prize — salah satu penghargaan bergengsi di AS — tahun lalu.
Bukan tidak mungkin pemenang Nobel Kedokteran tahun ini adalah Huda Zoghbi, pakar genetika AS kelahiran Lebanon. Ia menemukan mutasi genetik yang menyebabkan gangguan otak Rett Syndrome.
Swedia SR dan Dagens Nyheter juga memperitungkan Mary-Claire King, yang menemukan gen BRCA1, yang bertanggung jawab atas bentuk keturunan kanker payudara.
Calon lain adalah peneliti pengobatan Hepatitis C; Ralf Bartenschlager (Jerman), Charles Rice dan Michael Sofia — keduanya warga AS. Ketiganya dianugerahi Hadiah Lasker tahun 2016.
Di luar mereka terdapat Emmanuelle Charpentier (Prancis) dan Jennifer Doudna (AS), untuk temuan teknik penyuntingan gen yang dikenal sebagai alat pemotong DNA CRISPR-Cas9, sejenis gunting genetik yang digunakan untuk memotong gen yang bermutasi pada embrio manusia, dan menggantinya dengan versi diperbaiki.
Feng Zhang, warga AS keturunan Cina, mengklaim telah menemukan teknik ini dan memenuhi syarat mendapatkan Nobel Kedokteran dan Kimia.
Ahli imunologi Marc Fieldman (Australia) dan Ravinder Maini, peneliti Inggris kelahiran India, patut diperhitungkan berkat penelitian rheumatoid arthritis. David Salmon, pakar onkologi AS, menyita perhatian untuk penelitian kanker payudara dan pengobatan Herceptin.