Crispy

Polisi Israel yang Menembak Mata Anak Laki-laki Palestina Tidak Akan Diadili

Pemerintah Israel dalam keputusannya bahkan mengatakan, Malek buta karena terkena lemparan batu para demonstran, bukan karena peluru polisi

JERNIH– Departemen Dalam Negeri Israel mengatakan, pihak berwenang Israel  tidak akan mengadili petugas polisi yang terlibat dalam dugaan penembakan yang menghilangkan mata seorang anak palestina berusia sembilan tahun. Keputusan tersebut dirilis pemerintah Israel, Minggu (6/12).

Keluarga Malek Issa—anak Sembilan tahun yang kini harus berkaca mata–mengatakan bocah itu terkena peluru tidak mematikan yang digunakan untuk melakukan pengendalian massa pada Februari lalu. Saat itu Malek terkena peluru di matanya ketika membeli sandwich.

Insiden itu terjadi di Issawiya, Yerusalem timur, yang didominasi warga Palestina. Kota itu direbut Israel pada Perang Enam Hari, tahun 1967. Polisi saat itu berkilah, mereka tengah menangani kerusuhan di daerah tersebut.

Kementerian Kehakiman mengatakan, setelah penyelidikan menyeluruh, departemen urusan internalnya menyimpulkan,” Tidak ada cukup bukti untuk mengajukan tuntutan pidana.”

Mereka mengatakan, petugas  polisi yang diduga melakukan penembakan itu tengah “menghadapi perlawanan, termasuk lemparan batu ke arah pasukan”. Petugas polisi itu juga disebutkan dalam perjalanan untuk melakukan penangkapan. “Selama kegiatan, peluru spons ditembakkan ke arah dinding, yang tidak dekat dengan tempat anak itu berdiri,” kata keputusan tersebut.

Kementerian mengatakan penyelidikan medis tidak dapat mengesampingkan kemungkinan Issa kehilangan matanya “dari batu, dan bukan peluru spons.”

Sementara pasukan tersebut dibebaskan dari tanggung jawab pidana, Departemen Dalam Negeri menyerukan penyelidikan polisi atas insiden tersebut, “termasuk mengenai penggunaan senapan spons selama kegiatan operasional di dekat warga sipil,” kata pernyataan itu. Keputusan itu sempat menambahkan bahwa,”Ini adalah kejadian serius dan menyedihkan yang terjadi selama kegiatan operasional.” [AFP]

Back to top button