CrispyVeritas

Satu Tahun Pandemi Covid-19, Belasan Bintang Bollywood Depresi dan Bunuh Diri

  • Mereka yang kariernya mulai menanjak terancam kehilangan popularitas ketika penguncian diberlakukan.
  • Satu per satu bintang Bollywood bunuh diri, tapi tidak ada yang peduli.
  • Di India, membicarakan kasus bunuh diri adalah tabu.
  • Deepika Padukone menerobos tabu itu dengan membicarakan masalah kesehatan mental-nya akibat penguncian.

JERNIH — Ada fenomena tak terdeteksi selama satu tahun pandemi Covid-19, yaitu peningkatan kasus bunuh di industri TV dan film India atau Bollywood.

Fenomena terjadi sejak bulan-bulan pertama pandemi, ketika pemerintah india menutup bioskop dan perusahaan film menghentikan produksi.

Chris Sweeney, koresponden sejumlah media Inggris, menulis dalam hitungan bulan selusin tokoh besar India di industri film mengakhiri hidup.

Namun, kasus bunuh diri paling mengguncang adalah ketika Sushant Singh Rajput gantung diri di kipas angin langit-langit rumahnya di Mumbai.

Singh Rajput, usia 34 tahun, belum menjadi aktris papan atas tapi ikon masa depan Bollywood. Ia memenangkan penghargaan, dan reputasinya diakui.

Kematian Sing Rajput digambarkan banyak kalangan sebagai sangat mencurigakan.

Karsihma Upadhyay, wartawan dan penulis Bollywood, mengatakan kepada Russia Today betapa sangat kurang percakapan tentang kesehatan mental di India. Itu terlihat setelah bunuh diri Singh Rajput.

Bintang lain yang juga bunuh diri adalah Asif Basra. Big Brother, film yang dibintangi Asif Basra, tayang di seluruh India, Januari 2020. November 2020, Asif gantung diri.

Asif bukan bintang kemarin sore. Ia telah berkarier selama dua dekade. Kehidupannya terlihat makmur di permukaan.

VJ Chitra, aktris dan presenter TV, menikah Oktober 2020. Bulan lalu dia ditemukan tewas di kamar hotel.

Sameer Sharma, aktor dan model berusia 44 tahun, ditemukan di dapur rumahnya di Mumbai. Jenasahnya diperkitakan telah tergantung dua hari.

Bunuh diri memilukan dialami Sreedhar dan Jaya Kalyani. Tetangga melaporkan bau busuk menyengat dari apartemen tempat dua bersaudara; laki-laki dan perempuan, ini tinggal.

Keduanya bintang TV relatif populer, punya banyak penggemar, dan masa depan. Tidak ada yang tahu mengapa keduanya sepakat bunuh diri.

Tak Pernah Dipahami

Upadhyay mungkin wartawan dengan kualifikasi di atas rata-rata untuk berbicara masalah ini. Ia pernah menulis biografi Parveen Babi, aktris Bollywood tahun 1970-an yang bergumul dengan masalah kesehatan mental.

Menurutnya, Babi menderita skizofrenia tapi tak ada yang memahami. Babi tidak pernah mendapatkan bantun yang diperlukan.

“Apa yang saya lihat pada Babi, saya temukaan pada Singh Rajput,” kata Upadhyay. “Banyak orang menolak percaya bahwaorang muda dan berkuasa punya masalah.”

Pandemi dan penguncian, lanjut Upadhyay, membuat perbedaan besar. Singh Rajput sangat sukses, tapi tidak yang lainnya.

Aktor dan aktris ‘kecil’, yang melulu mendapat peran latar, beralih profesi menjadi penjual sayur di wilayah asal ketika penguncian diberlakukan.

“Lainnya menjadi penjaga keamanan di gedung-gedung,” ujar Upadhyay. “Mereka yang tak beralih profesi menghabiskan waktu di rumah.”

Bagi mereka, bekeja adalah cara mengatasi masalah. Ketika tidak bekerja, masalah itu muncul dan mengganggu. Singh Rajput mengalaminya.

Gaya Hidup

Di industri film mana pun, mereka yang berada di puncak relatif aman secara finansial. Mereka butuh tampil di depan publik, di depan kamera TV dan wartawan, setiap hari.

Ketika terjadi penguncian, gaya hidup mereka berubah. Tidak ada acara publik yang dihadiri. Aktris dan aktor itu, apalagi yang belum sepenuhnya punya nama besar, menemukan diri terkunci di apartemen dan rumah masing-masing.

“Banyak dari mereka adalah pecandu kerja. Mereka harus selalu berdandan, merias wajah, tampil di depan pers, karena itu bagian kerja sehari-hari,” kata Upadhyay.

Penguncian mengubah kehidupan mereka 180 derajat. Orang-orang dengan riwayat penyakit mental, atau bermental lemah, tak akan tahan menghadapi situasi ini.

Tejaswini Ganti, associate profesor antropologi Universitas New York, setuju dengan Upadhyay. “Bunuh diri Singh Rajput dan liputan media yang tuli memperlihatkan hal itu,” katanya.

Ia melanjutkan; “Tragedi bunuh diri itu diperparah dengan tidak ada yang membahas topik kesehatan mental di India.”

Deepika Padukone, aktris papan atas Bollywood, secara terbuka menceritakan perjuangannya melawan depresi. Ia berusaha meningkatkan kesadaran tentang prevalensi depresi di India.

Keluarga Singh Rajput sebaliknya. Mereka menolak mengakui anggota keluarganya yang aktor masa depan India sebenarnya berjuang mengatasi masalah mental.

“Di India, ada tabu membicarakan orang bunuh diri karena itu menunjukan pelaku tidak bahagia, atau ada sesuatu tak beres,” ujar Upadhyay.

Alasan lain, dunia tidak boleh tahu masalah sang aktor karena penggemar akan mengatakan; “Dia selalu tersenyum, mana mungkin depresi.”

Berproduksi Lagi

Pemerintah India bukan tidak tahu semua itu, tapi kebingungan dengan pilihan yang harus diambil. Kini, ketika vaksinasi, pemerintah mengendurkan penguncian.

Produksi TV dan film telah dimulai, tapi dengan aturan jarak sosial. Yang terjadi adalah muncul ketakutan baru produser tidak lagi mempekerjakan orang dalam jumlah banyak seperti sebelum pandemi.

Tidak ada jaminan aktor dan aktris kembali sibuk seperti dulu. Begitu pula para pekerja. Produser pasti akan membatasi jumlah bintang, untuk menekan anggaran, dan tidak menggunakan banyak tenaga.

Setelah film dibuat, produser dihadapkan pada fakta adanya jarak sosial di bioskop. Seluruh kursi tidak akan penuh, dan itu artinya sangat sedikit uang bisa diperoleh.

Pandemi Covid-19 menempatkan Bollywood pada lingkaran setan.

Back to top button