Soal UAS, Singapura Kurang Kedepankan ASEAN-isme
Menurut penerima gelar PhD dari Center for History, Politic and Strategy, Faculty of Social and Humaties, Universiti Kebangsaan Malaysia tersebut, pendeportasian ulama seperti UAS yang oleh berbagai lembaga pemerintah Indonesia sering diundang memberi ceramah tersebut menegaskan pihak yang bertanggung jawab atas urusan tersebut di Singapura gagal memahami kepentingan masyarakat Indonesia hari ini.
JERNIH– Dideportasinya Ustadz Abdul Somad (UAS) oleh Singapura menimbulkan banyak respons negatif dari masyarakat Indonesia. Tak kurang dari pengajar Jurusan Hubungan Internasional Universitas Nasional, Robi Nurhadi, menyayangkan sikap Singapura tersebut.
Menurut Robi, kejadian itu membuktikan bahwa perasaan bersahabat Singapura kepada sesama anggota negara ASEAN lainnya sangat kurang. Dengan terma yang khas, Robi menyebutnya sebagai kurang mengedepankan ‘ASEAN-isme’.
“Kita paham bahwa setiap negara punya kepentingan nasionalnya sendiri. Tapi negara lain juga punya hal yang sama. Makanya, sebagai sesama negara dalam satu kawasan, kita perlu kedepankan Aseanisme, yaitu tentang mengapa ASEAN didirikan, serta prinsip dan komitmen ASEAN Social-Cultural Community (ASCC),” kata Robi yang juga merupakan kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M)-Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional tersebut.
Menurut penerima gelar PhD dari Center for History, Politic and Strategy, Faculty of Social and Humaties, Universiti Kebangsaan Malaysia tersebut, pendeportasian ulama seperti UAS yang oleh berbagai lembaga pemerintah Indonesia sering diundang memberi ceramah tersebut menegaskan pihak yang bertanggung jawab atas urusan tersebut di Singapura gagal memahami kepentingan masyarakat Indonesia hari ini.
“UAS adalah ulama berpengaruh. Pendeportasian bisa berdampak negatif terhadap Singapura. Itu bisa berpengaruh pada pengikutnya atau orang-orang yang bersimpati untuk enggan berhubungan dengan Singapura, apalagi datang ke sana,”kata Robi.
Ia mengingatkan, dalam semangat ASEAN Community, negara-negara ASEAN tengah membangun integrasi sosial-budaya yang lebih kokoh, untuk terbentukanya pilar kebersamaan politik dan ekonomi ke depan.
“Langkah pendeportasian UAS, adalah langkah yang tidak diplomatis. Kalau dikhawatirkan UAS memberi ceramah seperti yang dituduhkan Kementerian Dalam Negeri Singapura, bisa digunakan cara lain daripada membuat langkah yang bikin gaduh seperti itu,”kata dia.
Robi juga mengingatkan agar ASEAN benar-benar membuat ASEAN Social-Cultural Community (ASCC) menjadi sama penting dengan ASEAN Economic Community (AEC) atau pun ASEAN Security Community (ASC).
Namun di sisi lain ia mengatakan, kasus UAS ini seharusnya menjadi momentum untuk menyegarkan Kembali semangat ASCC. “Kita bisa mencapai integrasi ASEAN dengan a caring and sharing community,” kata dia. Caranya, antara lain dengan menata masyarakat ASEAN untuk memperkokoh rasa kebersamaan (we feeling) di antara sesama anggota dan antara warga negara ASEAN.
“Dengan cara ini kita akan mampu menciptakan solidaritas tanpa menghilangkan karakteristik khas setiap negara. Dan UAS pun bagi sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia sedang mewakili kharakter khas tersebut,”ujar Robi. [ ]