Sulu Gelar Rencana Invasi Sabah, Malaysia: Itu Isu Jelang Pemilihan Umum
- Sebanyak 19 walikota di Propinsi Sulu, Filipina, menggelar pertemuan rahasia.
- Pertemuan membicarakan perekrutan warga untuk membentuk Tentara Kerajaan Sulu, yang akan menginvasi Sabah.
- Intelejen Malaysia mengatakan kabar invasi itu sengaja diembuskan untuk kepentingan politik.
- Setiap klaim atas Sabah akan selalu didukung etnis Tausug.
JERNIH — Sejumlah panglima perang di Propinsi Sulu, Filipina, dikabarkan akan menginvasi Sabah — wilayah Kesultanan Sulu di masa lalu yang kini menjadi bagian Malaysia.
South China Morning Post memberitakan 19 walikota di Propinsi Sulu menggelar petemuan rahasia membahas perekrutan 600 pejuang bersenjata, dan membentuk Tentara Kerajaan Sulu, untuk menyerang Sabah.
Pertemuan diduga dilakukan seorang tokoh politik senior di Sulu, yang memerintahkan setiap walikota melakukan rekrutmen. Mengutip pejabat keamanan regional, laporan itu menyebut ada mata-mata yang dikirim untuk menjelajahi kota-kota pesisir meski belum ada yang menyusup.
Mengutip sumber intelejen Malaysia, The Star memberitakan isu invasi Sabah kemungkinan dibuat untuk menggalang dukungan masyarakat lokal jelang pemilihan umum Filipina tahun depan.
“Ini lebih ke permainan politik untuk memenangkan pemilu,” kata sumber intelejen di Sabah. “Siapa pun yang mengangkat klaim Sabah bisa mendapat dukungan lebih besar dari komunitas Tausug.”
Komunitas Tausug bermukim di Jolo, dan pulau-pulau sekitarnya. Mereka adalah bagian integral Kesultanan Sulu di masa lalu.
Sumber itu mengatakan intrusi dan penculikan selalu muncul di Sabah ketika Filipina akan menggelar pemilu. Beberapa panglima perang menggerakan penculikan untuk mengumpulkan dana politik.
Meski demikan setiap informasi tentang Sabah harus diselidiki secara menyeluruh, dan langkah-langkah memperkuat keamanan perlu dijalankan.
Datuk Hazani Ghazali, direktur Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Ketertiban Umum Bukit Aman, juga menduga isu invasi itu lebih ke politik. Namun, katanya, pasukan keamanan Malaysia tetap siaga mengahdapi segala ancaman.
Komandan Esscom Komisaris Datuk Ahmad Fuad Othman mengatakan intelejen mereka telah menerima kabar adanya gerakan, dan telah berusaha mendapatkan lebih banyak informasi.
“Kini kami masih mencoba memverifikasi klaim ini dengan rekan-rekan kami,” katanya.
Kontrol perbatasan dan patroli diperketat untuk meyakinkan orang bahwa tidak ada gerakan abnormal di luar perairan Malaysia yang terdeteksi.
Komisaris Ahmad Fuad mengatakan pembicaraan tentang invasi dan pasukan Sulu yang mencoba menyerang Sabah menjadi ancaman berkelanjutan selama bertahun-tahun
Tahun 2013, lebih 200 militan Sulu bersenjata memasuki Sabah melalui Lahad Datu, yang mengakibatkan kebuntuan berbulan-bulan dan pertempuran bersenjata. Sulu mencoba secara paksa mengklaim Sabah sebagai milik mereka.
Filipina mengklaim Sabah berdasarkan Perjanjian 1878 antara Kesultanan Sulu dengan Serikat Dagang Borneo Utara Inggris. Manila mengatakan itu perjanjian sewa.
Setelah sewa habis Sabah seharusnya kembali ke Kesultanan Sulu. Namun, Kesultanan Sulu tidak ada lagi. Seluruh wilayah Kesultanan Sulu yang kini bernama Filipina adalah jajahan Spanyol.
Spanyol tidak menuntut Sabah. Kalau pun menuntut, Inggris tidak akan menyerahkan wilayah itu ke Spanyol.
Filipina memposisikan diri sebagai penerus Kesultanan Sulu mengklaim wilayah itu. Malaysia mengatakan Perjanjian 1878 adalah kesepakatan penyerahan wilayah dari Kesultanan Sulu ke Inggris.
Upaya diplomatik Filipina kerap gagal. Di sisi lain, para panglima perang di Propinsi Sulu terobsesi mendapatkan kembali wilayah itu. Di atas tanah itu kelak akan dibangun kembali Kesultanan Sulu.