Survei: Lebih 30 Persen Anak dan Remaja Korsel Depresi dan Berisiko Bunuh Diri
- Mereka adalah anak-anak putus sekolah dan masih bersekolah.
- Anak remaja lebih berisiko dibanding rekan mereka yang berusia lebih muda.
JERNIH — Tiga, atau lebih, dari 10 anak putus sekolah di Korea Selatan (Korsel) menderita depresi dan berisiko bunuh diri, demikian hasil survei yang diumumkan Rabu 2 Januari.
Yonhap, kantor berita Korsel, memberitakan National Youth Policy Institute (NYPI) menemukan 35 persen anak putus sekolah mengalami depresi, 29 persen merasa cemas, dan 36,8 persen terpapar risiko bunuh diri.
Survei, yang dilakukan Juli sampai Agustus 2021, melibatkan 5.937 siswa kelas IV SD dan SMA, serta 752 anak putus sekolah.
Di antara mereka yang terdaftar di sekolah; masing-masing 17,4 persen dan 13 persen menunjukan gejala depresi dan kecemasan, 16,4 persen berisiko tinggi bunuh diri.
Menurut NYPI, anak perempuan mengeluhkan tekanan mental lebih parah dibanding anak laki-laki, terlepas dari apakah mereka bersekolah atau tidak.
Anak-anak berusia lebih tua juga rentan terhadap depresi dibanding rekan mereka yang lebih muda.
Survei juga menunjukan sekitar empat dari 10 remaja memiliki pandangan menyimpang tentang tubuh mereka. Mereka berpikir tubuh mereka lebih ramping, atau lebih besar, dari kenyataannya.
NYPI menyerukan langkah-langkah lebih baik untuk melindungi kesehatan mental anak-anak dan remaja, dengan mengatakan kebijakan untuk mendukung anak-anak putus sekolah harus dirancang dengan baik.